Catatan Tomé Pirés yang Membuktikan Raja-Raja Kediri itu Nyata

By Galih Pranata, Selasa, 31 Mei 2022 | 16:00 WIB
Tokoh-tokoh cerita Panji dalam wayang krucil Kediri. (Rudi Irawanto/Universitas Negeri Malang)

Nationalgeographic.co.id—Tomé Pirés bukanlah nama yang asing dalam catatan sejarah mainstream. Ia tercatat pernah melakukan perjalanan jauh ke Nusantara pada abad ke-16.

Pirés lahir di Portugis sekitar tahun 1468. Ia merupakan putra dari seorang apoteker, meskipun garis hidupnya membawa Pirés menjadi seorang penjelajah sekaligus penulis sohor di zamannya. 

Dikisahkan oleh De Graaf, Tomé Pirés memulai perjalanannya dari Eropa ke wilayah timur di tahun 1511—diusianya ke-43 tahun. H. J. De Graaf melukiskan perjalanan Pirés ke Nusantara dalam Journal of The Humanities and Social Sciences of Southeast Asia and Oceania.

Jurnalnya ditulis dalam bahasa Belanda berjudul Tomé Pirés, "Suma Oriental" en het Tjidperk van Godsdienstovergang op Java yang terbit pada April 1959. Dalam jurnalnya, setahun berselang (1512), Pirés telah sampai ke Malaka.

Ia meneruskan perjalanan hingga ke Jawa, tepatnya berlabuh di Cherebon (sekarang Cirebon) pada bulan Maret 1513. Ia melanjutkan perjalanannya hingga ke Gresik pada bulan Juni 1513 sebelum akhirnya berlayar sampe ke Goa. 

Perjalanannya ke Jawa begitu membekas, hingga dibuatlah catatan perjalanan yang oleh Pirés diberi judul Suma Oriental. Catatannya mengisahkan perjalanan dan pemandangan yang ia saksikan selama tahun 1513 di Jawa.

Salah satu kisah dalam Suma Oriental gubahan Pirés berkisah tentang Kadiri—sebuah nama yang merujuk pada Kerajaan kediri di Jawa.

Menariknya, Suma Oriental berbeda dengan catatan Eropa lain yang menganggap banyaknya tokoh ahistoris dalam babad-babad, inskripsi atau historiografi lokal kuno. Pirés ingin membuktikan adanya tokoh-tokoh nyata yang pernah ia temui di Jawa.

"Kadiri benar-benar berkuasa!" tulis Pirés dalam jurnal De Graaf. Pires menggunakan istilah Dayo yang berarti kota untuk menggambarkan kegemilangan pusat kekuasaan Kediri.

Ilmuwan Barat lainnya, N.J. Krom sependapat dengan tesis yang diutarakan Pirés dalam catatannya. Krom menyebut Kediri memiliki sejumlah raja yang sohor di tanah Jawa pada abad ke-16.

Menurut De Graaf, Pirés sedikit banyaknya terilhami dari cerita-cerita panji, sebagai sumber penguat bagi Suma Oriental. "Pirés berhutang pada cerita panji yang membantunya memahami Kadiri," terusnya.

Selama empat abad, setidaknya Kediri memiliki tiga nama raja sohor yang nyata dalam catatan Pirés. Tokoh pertama ialah Sam Agy Jaya Baya atau Jaya Baya. Kedua ialah Sam Agy Dandan Gimdoz atau Kertajaya. Dan, ketiga, Sam Agy Jaya Taton atau Jayakatwang. Penulisan nama raja-raja Kediri ditulis berdasar penyebutan Pirés yang kental dengan bahasa Portugisnya.