Kelananya dari Yunani lewat Turki dan mencapai Asia, termasuk India. Beberapa pengamat modern berteori bahwa orang Yunani kuno yakin jika di mana ada anggur dan dibudidayakan, tandanya Dionisos pernah singgah.
Tidak semua orang di negeri-negeri persinggahannya menyambut. Ajarannya ditolak dan dibrantas dengan cepat dan brutal. Di Thrace (Bulgaria, Yunani, dan Turki kini), ia bahkan bertemu dengan Raja Lycurgus yang menolak untuk mengakui Dionisos dewa. Dionisos pun membuat raja gila—membunuh anaknya sendiri.
Baca Juga: Seni Erotis Yunani dan Romawi, Cerminan Budaya yang Terobsesi Seks?
Baca Juga: Bagaimana Perseus Menebas Kepala Medusa, Wanita Cantik Berambut Ular?
Baca Juga: Mencengangkan! Ini Jumlah Anak Zeus, Dewa Paling Berkuasa di Olimpus
Dionisos belum puas, ia menuntut agar raja dihukum mati dan mengutuk kerajaan itu tidak akan pernah ditumbuhi buah. Rakyat pun takut, segeralah menangkap Lycurgus dan membawanya kepada kuda pemakan manusia agar menyenangkan Dionisos.
Di Thebes, tanah kelahirannya, terjadi kisah serupa. Sepupunya, Raja Pentheus enggan mengkultuskannya dan memicu kemarahan Dionisos. Kisahnya menjadi dasar Euripides membuat the Bacchae.
Pantheus bahkan memata-matai sekelompok wanita Thebes yang mempraktikan ritual untuk Dionisos di lereng gunung, salah satunya bahkan ibunya sendiri, Agave. Para wanita itu kemudian mencabik-cabik sang raja dengan tangan kosong dalam keadaan mabuk.
Tidak selamanya Dionisos kejam. Sisi baiknya ketika seorang bajak laut menculiknya di lepas pantai Italia. Dionisos menumbuhkan tanaman anggur di seluruh kapal, sehingga para bajak laut ketakutan dan melemparkan diri ke laut. Kemudian, Dionisos tidak membiarkan mereka tenggelam begitu saja. Dia menjadikannya sebagai lumba-lumba agar tetap hidup.