Realitas Virtual Membantu Penderita Demensia Mengingat Kenangan

By Ricky Jenihansen, Minggu, 5 Juni 2022 | 12:00 WIB
Perawat duduk di samping lelaki tua menggunakan kacamata VR. (LightFieldStudios)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University's School of Engineering and Digital Arts (EDA) dan Kent University menemukan bahwa teknologi Realitas Virtual (VR) dapat membantu penderita demensia mengingat kenangan yang hilang di masa lalu. Tidak hanya itu, VR juga dapat mengurangi agresi dan meningkatkan interaksi dengan perawatnya yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup penderita demensia.

Temuan kunci dari penelitian ini adalah bahwa VR dapat membantu pasien mengingat ingatan lama yang sebelumnya sulit dicapai. Laporan studi tersebut telah dipresentasikan pada ACM CHI Conference tentang Faktor Manusia dalam Sistem Komputasi dengan judul "Bring the Outside In: Providing Accessible Experiences Through VR for People with Dementia in Locked Psychiatric Hospitals" yang juga dapat diakses daring.

Untuk diketahui, demensia merupakan kumpulan penyakit dengan gejala yang di antaranya dapat memengaruhi memori jangka pendek, kemampuan bicara, cara berpikir hingga kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Demensia bukan penyakit spesifik, tetapi merupakan sekelompok kondisi yang ditandai dengan penurunan setidaknya dua fungsi otak, seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai.

Pada penelitian ini, delapan pasien berusia antara 41 dan 88 tahun yang hidup dengan demensia termasuk penyakit Alzheimer dan penyakit Huntington mengambil bagian dalam penelitian ini. Setiap pasien menggunakan headset VR untuk 'mengunjungi' satu dari lima lingkungan virtual atau Virtual Environment (VE) dari sebuah katedral, hutan, pantai berpasir, pantai berbatu, dan pemandangan pedesaan.

Pemandangan pantai dari uji coba VR (Ang et al.)

"Banyak orang dengan demensia yang tinggal dalam perawatan jangka panjang mungkin menghadapi hambatan dalam mengakses pengalaman di luar tempat fisik mereka; ini mungkin karena lokasi, kendala mobilitas, pembatasan tindakan kesehatan mental yang sah, atau pembatasan terkait pelanggaran," tulis peneliti dalam laporannya.

Enam belas sesi dipantau dengan umpan balik yang dikumpulkan dari pasien dan perawat mereka. Temuan kunci yang didapatkan adalah bahwa VR membantu pasien mengingat ingatan lama dengan memberikan rangsangan baru yang sulit dicapai karena kesehatan yang buruk, atau tidak dapat diakses dalam lingkungan yang aman.

Sebagai contoh, satu pasien mengingat liburan ketika mereka melihat sebuah jembatan di VE karena mengingatkan mereka tentang perjalanan itu. Sementara yang lain mengingat liburan di mana mereka mengunjungi pasar.

Ingatan-ingatan itu tidak hanya memberikan stimulasi mental positif bagi pasien tetapi juga membantu perawat mereka belajar lebih banyak tentang kehidupan mereka sebelum perawatan. Sehingga di kemudian hari dapat meningkatkan interaksi sosial mereka.

Lebih jauh, pada sesi seni beberapa minggu kemudian, salah satu pasien ikut berkomentar bahwa itu brilian. Dia tampak menikmati kenangan tentang pengalaman itu dan terinspirasi untuk menggambar pantai, menunjukkan bahwa pengalaman VR-nya memiliki efek positif pada suasana hati dan motivasi untuk terlibat dengan sesi seni.

Temuan ini dapat meningkatkan kualitas hidup penderita demensia. (Pixabay)

Para pasien juga menunjukkan pilihan mereka sendiri selama percobaan, dengan beberapa tertarik untuk mengeksplorasi VE yang berbeda dalam satu sesi. Sementara yang lain mengeksplorasi lingkungan yang sama berulang kali.