Nationalgeographic.co.id—Ribuan tahun sebelum Genghis Khan dan keturunannya menaklukkan bentangan luas Eurasia, orang-orang pastoral Mongolia hidup sehat, tetapi penuh kekerasan, ungkap sebuah penelitian baru.
"Meskipun beberapa orang Mongolia tetap nomaden di zaman modern, para peneliti tidak tahu seberapa jauh tradisi ini berkembang," tulis Joshua Rapp Learn kepada Science.
Joshua menulis sebuah artikel berjudul "Ancient Mongolia was a good place to live—if you could survive the horse falls" yang terbit pada 8 Januari 2019.
Setiap penggembala nomaden awal akan lebih sehat daripada orang-orang yang tidak banyak bergerak, yang, terutama sebelum munculnya pengumpulan sampah dan infrastruktur saluran pembuangan, hidup lebih padat.
Para arkeolog menganalisis sisa-sisa 25 individu yang digali dari gundukan pemakaman di wilayah yang sebagian besar berusia sekitar 3.500 hingga 2.700 tahun yang lalu.
Dari temuan arkeolog, ditemukan tulang yang memiliki sedikit bukti lesi inflamasi yang menunjukkan penyakit menular, atau tanda-tanda rakhitis, penyakit kudis, atau penyakit lain akibat malnutrisi, mereka jarang terserang penyakit!
Meski jarang terserang virus yang menyebabkan sakit, pola hidup keras menjadi tradisi orang-orang Mongolia kuno.
"Itu tidak berarti orang-orang ini tidak menderita. Sisa-sisa juga menunjukkan bukti patah hidung, tulang rusuk, dan kaki—cedera umum yang terjadi dalam penyerangan atau ketika mereka jatuh dari kuda," imbuh Joshua.
Baca Juga: Bak Pisau Bermata Dua, Makanan dan Alkohol Hancurkan Kekaisaran Mongol
Baca Juga: Arkeolog Identifikasi Kamp Musim Dingin Genghis Khan yang Hilang
Baca Juga: Jutaan Pria di Dunia Miliki Kemiripan DNA dengan Genghis Khan
Menurut para peneliti, kurangnya banyak penyakit pada individu-individu ini menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang Mongolia hidup dalam kelompok nomaden kecil di akhir Zaman Perunggu.