Nationalgeographic.co.id—Lempengan batu yang berasal dari zaman Romawi kuno ditemukan oleh arkeolog belum lama ini di dekat Tembok Hadrian. Menariknya, lempengan batu itu memuat gambar penis yang sepertinya diukir dengan hati-hati dan ini menimbulkan pertanyaan. Apakah gambar ini adalah sebuah penghinaan atau sejenisnya?
Tembok Hadrianus atau Tembok Hadrian adalah sebuah tembok pertahanan yang terbuat dari batu dan tanah. Tembok ini dibangun di Zaman Kekaisaran Romawi melintasi Inggris Utara.
Pembangunan tembok ini dimulai pada 122 Masehi, saat pemerintahan Kaisar Romawi Hadrian, ini adalah tembok yang kedua yang membentang Britania Raya, tembok yang pertama membentang dari Sungai Clyde sampai Sungai Forth.
Ahli biokimia Dylan Herbert, yang menemukan batu itu saat menjadi sukarelawan dalam penggalian mengatakan, ia sangat senang menemukan lempengan tersebut walaupun dirinya terkejut.
"Tampak dari belakang seperti yang lainnya, batu yang sangat biasa, tetapi ketika saya membaliknya, saya terkejut melihat beberapa huruf yang jelas," kata Herbert seperti dalam rilis Vindolanda Trust, lembaga amal arkeologi independen.
"Hanya setelah kami menghilangkan lumpur, saya menyadari sepenuhnya apa yang telah saya temukan, dan saya benar-benar senang."
Lempengan tersebut berukuran 40 sentimeter kali 15 sentimeter, berbentuk persegi panjang. Pada bagian kanan lempengan batu itu, terukir jelas dan dalam penis yang dalam bentuk seperti sedang ereksi.
Kemudian di sebelah gambar penis ereksi itu tertulis "SECVNDINVS CACOR", yang menurut para ahli adalah versi singkat dari "Secundinus, the shitter". Maksud dan tujuan dari gambar dan tulisan tersebut masih menjadi diskusi di kalangan arkeolog.
"Penulisnya jelas memiliki masalah besar dengan Secundinus dan cukup percaya diri untuk mengumumkan pemikiran mereka secara terbuka di atas batu," kata arkeolog Andrew Birley, direktur penggalian.
"Saya tidak ragu bahwa Secundinus akan kurang terhibur melihat ini ketika dia berkeliaran di sekitar situs lebih dari 1.700 tahun yang lalu."
Akan tetapi, lanjutnya, tentara yang berjalan di dekat grafiti mungkin terhibur oleh ejekan itu. Birley memperkirakan bagaimana ukiran tersebut ditanggapi oleh orang-orang Romawi kuno ketika itu.