Karena sperma dilapisi oleh glycan yang kaya asam sialat, dan sistem imun bawaan menggunakan asam sialic untuk membedakan sel manusia dari penyerang, Gagneux dan labnya awalnya berharap bahwa glycan mungkin terlibat dalam interaksi dengan sel imun bawaan yang disebut neutrofil.
Tetapi neutrofil yang mereka uji tampaknya tidak melihat banyak perbedaan antara sperma dengan dan tanpa asam sialat.
Sementara itu, tim mengamati reseptor pengikat asam sialat yang disebut siglec pada sel endometrium. Dalam solusinya, reseptor endometrium ini dapat mengikat seluruh sperma.
Baca Juga: Terus Berkembang Biak, Meski Aseksual Sejak 250.000 Tahun lalu!
Baca Juga: Studi Mengungkap Dorongan Silia Mengubah Sperma Menjadi Perenang Super
Baca Juga: Kata Sains soal Seks Oral: Air Mani Sebaiknya Ditelan atau Diludahkan?
Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Sperma Bisa Terdeteksi di Bawah Sinar UV
Menurut Gagneux, interaksi yang mengikat dapat membantu sperma melaluinya, misalnya, dengan meredam respon imun. Atau, itu bisa menjadi cara sel-sel rahim untuk mengeluarkan sperma yang rusak.
Dalam sistem kekebalan, kelas reseptor ini membantu sel untuk mengenali molekul asam sialic seperti dirinya sendiri, dan dalam konteks itu mereka dapat menaikkan atau menurunkan peradangan.
"Agak memalukan betapa sedikit yang bisa kami katakan tentang apa arti (interaksi) ini," katanya.
Langkah pertama dalam memahami signifikansi fisiologisnya adalah mencari interaksi langsung antara sperma dan jaringan rahim yang utuh. Penelitian ini hanya melihat sperma yang berinteraksi dengan protein murni.
Dalam beberapa hal, tambah Gagneux, sangat memalukan untuk bekerja di area yang kurang dipahami. "Reproduksi adalah tarik-menarik yang sangat, sangat rumit di banyak tingkatan. Fakta bahwa ada (juga) permainan kekebalan ini benar-benar menarik," kata Gagneux.