Anaya, Wanita yang Bisa Mengalami 180 Kali Orgasme Hanya Dalam 2 Jam

By Ricky Jenihansen, Jumat, 17 Juni 2022 | 11:00 WIB
Anaya didiagnosa mengalami orgasm disorder. (Dave Cruz / Barcroft Media)

Nationalgeographic.co.id—Hampir semua orang pasti setuju bahwa orgasme adalah puncak kesenangan dari aktivitas seksual. Tapi definisi itu ternyata tidak cocok dengan Anaya Carlis, perempuan berumur 30 tahun dari Arizona, Amerika Serikat yang didiagnosa mengalami orgasm disorder atau kelainan orgasme.

Bagi Anaya, orgasme justru dapat menjadi pengalaman tidak menyenangkan dan bahkan menyiksa baginya. Karena kelainan itu, Anaya bisa mengalami orgasme yang tak terkendali.

Pada usia 27 tahun, Anaya didiagnosa mengidap orgasm disorder yang dalam istilah medis disebut 'persistent genital arousal disorder', kelainan tersebut menyebabkan orgasmenya tak dapat dikendalikan. Anaya bahkan dapat mengalami orgasme lebih dari 180 kali hanya dalam 2 jam, bisa terus bertahan hingga 6 jam.

Tidak hanya itu, Anaya yang sudah memiliki putra berusia 13 tahun itu bahkan bisa mengalami orgasme spontan di manapun. Anaya bisa mengalami orgasme berulang saat berada di supermarket, di sekolah, di taman bermain dan bahkan saat sedang berlari.

Tidak seperti kebanyakan orang yang menganggap orgasme adalah puncak kesenangan sesksual, bagi Anaya orgasme bahkan telah menghancurkan hidupnya. Karena kelainan ini, ia 'terikat' di rumah dan sulit untuk bekerja.

Anaya juga bahkan merasa sangat tertekan dan malu dengan kondisinya tersebut, ia tidak bisa menceritakannya dengan orang lain tentang kondisinya tersebut. Kelainannya itu juga bahkan membuatnya bergairah saat berada di tengah anak-anak sekalipun.

Ia merasa seperti seperti seorang perempuan cabul yang bisa bergairah kapanpun dan dimanapun, serta dapat memicu orgasmenya. "Itu sungguh memalukan, membingungkan serta mempermalukan saya," kata Anaya kepada Daily Mail.

Kelainannya tersebut juga menghancurkan hidup anaknya (Dave Cruz / Barcroft Media)

Menurutnya, kelainannya tersebut juga menghancurkan hidup anaknya. Anaknya tidak dapat memiliki teman karena kondisi ibunya yang seperti itu.

Ia mengatakan, bersama dengan suaminya Tony, ia telah berupaya untuk menyembuhkan kondisi tersebut, termasuk mandi air dingin, mengubah diet hingga berolahraga rutin. Akan tetapi, tidak ada yang berhasil.

Ibu satu anak ini telah belajar untuk mengontrol gairahnya, tetapi mengatakan itu benar-benar dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya. "Itu membuat saya terkekeh karena 'tinggi' sesaat dan secara lahiriah saya terlihat baik-baik saja tetapi di dalam itu adalah siksaan," kata Anaya.

"Itu menghancurkan hidupku, karena mengacaukan kepalamu. Tubuh Anda berjalan dengan 'tinggi' naik turun, sehingga sangat mempengaruhi suasana hati Anda".

Bahkan, lanjutnya, beberapa hari ketika ia merasa sangat buruk, ia hanya ingin menutup tirai dan tidak pernah bangun. "Di hari lain saya memiliki sedikit kendali atas tubuh saya, dan saya hanya akan mengalami 10 kali orgasme hari itu dan saya merasa saya bisa kembali bekerja, mendapatkan hidup saya kembali," Anaya melanjutkan.

Dia menderita dengan kondisinya selama berbulan-bulan sebelum menjadi terlalu tak tertahankan untuk ditangani. Setelah mengalami 160 kali orgasme—tidak termasuk multiple orgasme—hanya dalam dua jam.

Anaya Carlis kemudian meminta saran dari dokternya, yang menurutnya juga merasa bingung. Kondisi Anaya kemudian menjadi perhatian para ahli medis untuk mengidentifikasi kasus yang sangat jarang terjadi ini.

Anaya merasa seperti seperti seorang perempuan cabul. (Dave Cruz / Barcroft Media)

Kondisi itu jelas telah memberi tekanan pada pernikahannya karena dia sangat membutuhkan kasih sayang, keintiman dan kontak fisik karena jumlah hormon dalam tubuhnya.

Sebelum mengalami kelainan orgasme, Anaya hanya mencapai klimaks dengan suaminya. Pasangan itu berhubungan seks sekitar empat kali sebulan. "Kami masih berhubungan seks tetapi itu bisa membuat kami berdua sangat frustasi karena saya selalu terangsang," kata Anaya.

Sementara itu, David Goldmeier, seorang ahli kedokteran seksual di Imperial College di London mengatakan, gangguan gairah genital yang persisten adalah kondisi yang baru dikenali, di mana penderita mengeluhkan gairah genital dalam waktu lama yang tidak terkait dengan hasrat seksual.

   

Baca Juga: Studi Kasus Orgasme Hanya Menggunakan Pikiran Tanpa Berhubungan Seks

Baca Juga: Kita Lupa Mengajari Anak-Anak Kita Cara Bercinta yang Menyenangkan

Baca Juga: Sejarah Acungkan Jari Tengah, Di Romawi Kuno Jadi Lambang Seks

Baca Juga: Penjelasan Ilmiah Mengapa Banyak Orang Meninggal Saat Berhubungan Seks

    

"Penderita kelainan ini mengalami gairah genital yang mengganggu, tanpa diminta dan spontan yang bisa tak henti-hentinya. Gairah ini dapat bertahan selama berjam-jam, berhari-hari atau bahkan lebih lama," jelasnya.

Ini bisa sangat menyusahkan bagi seorang wanita dan meskipun ada upaya untuk meredakannya dengan aktivitas seksual atau orgasme, ini seringkali tidak membantu atau memperburuk gejalanya. Gairah genital spontan cukup umum tetapi wanita-wanita yang tidak dapat mengontrol gairah yang jarang terjadi.

"Saya melihat sekitar 20 wanita setahun dengan kondisi ini, mungkin sama biasa dengan satu dari 100 yang kita tidak tahu," kata Goldmeier.

"Kadang-kadang bisa sembuh dengan sendirinya, tidak ada obatnya tetapi ada beberapa cara untuk mengelola gejalanya seperti meditasi dan latihan dasar panggul bersama dengan obat pereda nyeri untuk pasien."