Buku Panduan Wisata ke Hindia Belanda yang Menawan Dunia Barat

By Galih Pranata, Minggu, 19 Juni 2022 | 07:00 WIB
Lukisan bertajuk 'Kehidupan di Borobudur pada abad ke-9' karya Walter Spies. (Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia)

Nationalgeographic.co.idGuide to the Dutch East Indies (1897) karya J.F. Van Bemmelen dan G.B. Hooyer dan Java the Wonderland (1900) menjadi buku panduan berbahasa Inggris paling awal di Hindia Belanda.

Sebelumnya ada buku panduan lain yaitu Batavia, Buitenzorg en de Preanger. Gids voor Bezoekers en Toeristen (1891) oleh Maurits Buys dan buku panduan lain berjudul West Java: Traveller's Guide for Batavia to Tjilatjap (1894) oleh Fedor Schulze berbahasa Belanda.

Guide to the East Indies (1897) merupakan terjemahan bahasa Inggris dari buku berbahasa Belanda yang berjudul Reisgids voor Nederlandsch-Indi (1896) dari penulis yang sama, J.F. Van Bemmelen dan G.B. Hooyer.

J.F. Van Bemmelen merupakan seorang guru di SMA Gimnasium Willem III di Batavia, sedangkan G.B. Hooyer adalah pensiunan tentara Hindia Belanda dengan pangkat Letnan Kolonel.

Ahmad Sunjayadi, asisten pengajar Bahasa Belanda Sumber Hukum di FHUI, menulis dalam jurnal Paradigma berjudul "The Early tourist guidebooks to The Dutch East Indies and Malaya in the nineteenth and twentieth century" terbitan 2019.

Ia menyebut dalam jurnalnya bahwa buku saku yang dibuat orang Belanda itu dibuat ke dalam bahasa Inggris agar dapat dibaca oleh banyak kalangan dari berbagai bangsa dan Negara.

Dalam Guide to the Dutch East Indies (1897) juga disebutkan jalur pelayaran yang dapat dilakukan bangsa Barat menuju ke Hindia Belanda. 

"Untuk perjalanan ke wilayah barat (Sumatra), wisatawan diarahkan ke Padang, Padang Panjang, Fort de Kock (Bukittinggi), Payakumbuh, Fort der Capellen (Batusangkar), Solok, dan kembali ke Batavia melalui Bengkulu," tulis van Bemmelen dan G.B. Hooyer dalam buku saku panduan wisatanya.

Mereka meneruskan: "Rute lain ke Sumatra adalah dari Batavia ke Pantai Timur Sumatra (Deli) melalui Bangka dan Belawan."

Perjalanan ke wilayah timur dibagi menjadi jalur Sulawesi dan Kepulauan Maluku. Untuk rute ke Sulawesi, kapal KPM berangkat dari Surabaya ke Manado dan Gorontalo melalui Makassar, Pare-Pare, Mandar, Palu, Toli-Toli, Buol, Minahasa Amurang.

Dalam buku panduan ini, Bali belum ditawarkan sebagai destinasi wisata. Informasi tentang Bali hanya terdapat pada kata penutup yang menyebutkan bahwa Bali sebagai tempat untuk melihat pura dan mempelajari pola interaksi masyarakatnya.

 Baca Juga: Pembentukan Cagar Alam Semasa Hindia Belanda oleh S.H. Koorders

 Baca Juga: 170 Tahun Kebun Raya Cibodas: Usaha Konservasi hingga Wisata Alam

 Baca Juga: Scott Merrilees: Bingkai Kenangan Hindia Belanda dalam Kartu Pos

Buku panduannya juga sudah menyebut dalam bagian pendahuluannya tentang fasilitas transportasi uap dan kereta api sebagai fasilitas bagi wisatawan di Sumatra dan Jawa. Dengan begitu, wisatawan tidak perlu khawatir untuk dapat berwisata secara mobile.

Informasi lainnya yang ditawarkan dalam buku itu adalah tentang kemungkinan mengunjungi daerah lain yang masih sedikit diketahui wisatawan, seperti Kepulauan Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, hingga Papua Nugini.

"Dijelaskan bahwa pulau-pulau itu luar biasa dan menarik bagi semua pelancong, baik yang berkunjung sebagai turis, pendaki gunung, atau pemburu amatir," imbuh Ahmad Sunjayadi.

Kondisi pedesaan Jawa di masa kolonial dalam lukisan karya Raden Saleh. (Smithsonian American Art Museum/Wikimedia Commons)

Objek yang ditawarkan oleh Guide to the Dutch East Indies (1897) di wilayah Jawa dan luar Jawa adalah objek alam seperti gunung, gunung berapi, lembah, danau, gua, air terjun, sumber air panas, pantai, dan taman laut.

Buku panduan tersebut memuat ilustrasi, mulai dari aktivitas penduduk asli, bangunan kuno, bangunan modern hingga lanskap Nusantara yang menawan. Beberapa suku asli yang disajikan dalam buku panduan adalah penari Serimpi di keraton di Jawa dan penjual kelapa di Makassar.

Ilustrasi bangunan tersebut adalah bangunan markas tentara di Batavia dan istana gubernur jenderal di Buitenzorg. Ilustrasi lainnya adalah Kebun Raya di Buitenzorg (Bogor), Candi Borobudur, rumah adat di Padang, rumah adat di Makassar, keraton Gowa, lautan pasir di pegunungan Bromo, dan gunung berapi di Banda.