Temuan Genetik Ubah Nyamuk Jadi Serangga 'Peter Pan' Tak Bisa Dewasa

By Wawan Setiawan, Sabtu, 18 Juni 2022 | 13:00 WIB
Nyamuk makan di jari, rasio ukuran kehidupan makro 3:1. (CHBD)

Nationalgeographic.co.id - Penemuan genetik UC Riverside dapat mengubah nyamuk pembawa penyakit menjadi serangga ‘Peter Pan’, mencegah mereka menjadi dewasa atau berkembang biak.

Pada tahun 2018, ahli entomologi UCR Naoki Yamanaka menemukan meski bertentangan dengan kebijaksanaan ilmiah yang diterima, tetapi hormon steroid penting membutuhkan protein pengangkut untuk masuk atau keluar dari sel lalat buah. Hormon ecdysone, atau disebut "hormon ganti kulit" sangat dibutuhkan oleh lalat. Sebab tanpa itu, lalat tidak akan pernah matang, atau bereproduksi.

Sebelum penemuannya, buku teks mengajarkan bahwa ecdysone bergerak bebas melintasi membran sel, melewatinya dengan mudah. "Kami sekarang tahu itu tidak benar," kata Yamanaka.

Setiap spesies serangga membutuhkan ecdysone untuk beberapa aspek perjalanan mereka dari telur hingga dewasa yang menghasilkan keturunan. Dan setiap serangga yang telah diuji Yamanaka juga memiliki pengangkut ecdysone yang ia temukan pada tahun 2018, ditambah beberapa lagi yang ditemukan dalam sebuah studi barunya. Namun dalam studi baru ini, ia menemukan nyamuk yang berbeda.

Nyamuk tersebut hanya memiliki tiga dari empat protein pengangkut yang dimiliki lalat buah. Mereka tidak memiliki transporter ecdysone primer yang paling penting.

"Yang utama ini entah bagaimana, secara misterius, hilang pada nyamuk," kata Yamanaka.

Temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences pada 13 Juni 2022 dengan judul "Essential functions of mosquito ecdysone importers in development and reproduction".

Perkembangan nyamuk pembawa demam kuning. (Lewis Hun/UCR)

Penemuan ini membuka pintu bagi insektisida khusus nyamuk yang tidak akan membahayakan lebah yang bermanfaat atau  penyerbuk lainnya. Namun, itu akan memengaruhi nyamuk seperti yang digunakan dalam penelitian ini, Aedes aegypti, yang menyebarkan Zika, demam berdarah, demam kuning, chikungunya, dan virus lainnya.

"Kami dapat mengembangkan bahan kimia untuk memblokir fungsi pengangkut ecdysone ini tetapi tidak memengaruhi pengangkut asli yang menjadi kunci bagi serangga lain," kata Yamanaka. "Peluang untuk efek di luar target akan rendah," imbuhnya.

Sebuah studi terkait UC Riverside, yang dipimpin oleh ahli biologi sel Sachiko Haga-Yamanaka, mencoba untuk menemukan mesin pengangkut hormon yang serupa pada manusia.

 Baca Juga: Mutasi Baru Virus Zika Ganas, Mungkinkah Jadi Wabah Berikutnya?

 Baca Juga: Studi Baru, Nyamuk Lebih Menyukai Warna Merah, Jingga dan Cyan

 Baca Juga: Ilmuwan Mencoba Mencegah Malaria dengan Rekayasa Genetik Nyamuk

"Buku pelajaran mengatakan bahwa hormon steroid diangkut secara bebas masuk dan keluar dari sel manusia, tetapi berdasarkan penelitian serangga kami, kami meragukan hal itu," tutur Yamanaka.

Penelitian Yamanaka didanai oleh National Institutes of Health. Laboratoriumnya sekarang sedang menyaring bahan kimia yang dapat memblokir importir ecdysone nyamuk. Dia juga menyelidiki pengangkut ecdysone pada hewan lainnya.

Metode lain memang ada untuk memastikan populasi nyamuk lokal tidak dapat berkembang biak. Melepaskan nyamuk jantan steril yang diradiasi ke alam liar untuk kawin dengan betina menghasilkan telur yang tidak menetas, suatu teknik yang menghilangkan kebutuhan akan insektisida.

Meskipun ada metode efektif seperti ini untuk mengendalikan populasi nyamuk lokal, Yamanaka merasa penting untuk mengembangkan alat tambahan sehingga kita dapat menangani masalah terkait nyamuk dalam banyak skenario yang berbeda.

“Nyamuk tidak mungkin punah,” kata Yamanaka. "Bergantung pada satu alat untuk mengendalikan mereka sangat berbahaya. Saat iklim memanas, itu menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi mereka untuk berkembang biak, dan mereka hanya akan menjadi masalah yang lebih besar, terutama di California Selatan."