Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022, Upaya Memuliakan Sungai Legendaris

By Utomo Priyambodo, Senin, 20 Juni 2022 | 23:45 WIB
Empat paddler berbaju hitam di depan akan menjelajahi Sungai Bengawan Solo sejauh 462 kilometer. (Utomo Priyambodo/National Geographic Indonesia)

Baca Juga: Benteng Van Den Bosch: Sang Penjaga Jalur Sungai Bengawan Solo

Baca Juga: Homo Erectus Bumiayu, Temuan Arkeologi Manusia Purba Tertua di Jawa

Baca Juga: Apakah Manusia Purba Homo floresiensis Masih Hidup di Indonesia?

Tim Vertebrata Dinas Geologi Bandung membersihkan temuan fosil gajah purba di meander Bengawan Solo. (Reynold Sumayku)

Saat ini, sebenarnya ada beberapa desa yang masih memuliakan Bangawan Solo dengan menjaga kearifan lokal mereka. "Salah satunya wisdom yang ada di beberapa kabupaten di Jawa yang sangat menghormati sekali itu sungai. Bahkan orang lokal, kalau mau menikahkan anaknya, itu dia buang uang logam ke sungai, 'Ki Rambit, Nyi Rambit, aku njaluk banyumu, minongko digawe butuhe anakku.' Dia minta air kepada Bengawan untuk kebutuhan anaknya yang mau menikah," sebut Miko mencontohkan.

Kenapa ada simbolisasi uang? "Simbolisasi uang itu adalah semacam personifikasi dari bentuk mulia, bentuk berterima kasih. Karena selama ini kita memanfaatkan Bengawan tanpa berpikir Bengawan dapat apa. Tapi kan benagwan itu selalu memberikan sesuatu buat manusia. Nah salah satu wisdom itu yang akan kita narasikan, kita bentuk sebagai paket wisata local wisdom, yang nantinya selain jadi identitas kabupaten atau daerah itu, paling tidak orang-orang lain juga aware, 'Oh, ada wisdom-wisdom itu yang selama ini kita tidak pernah tahu'."

Misi ekspedisi ini akan menampilkan empat paddler utama meneluri arus sungai sejauh 462 kilometer. Dalam ekspedisi ini, tim juga akan mendampingi desa-desa wisata yang sudah ada di sekitar sungai untuk dikembangkan lagi sekaligus memetakan potensi-potensi wisata mereka.

"Misalkan bisa ditambahi dengan paket-paket wisata water sport tourism. Harapannya, ketika banyak aktivitas di sungai kemudian orang bakal nggak enak buang sampah di sungai," ujar Miko.

"Nah, sungai harus punya manfaat untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat. Kalau sungai itu kemudian memberikan manfaat, misalkan dengan adanya sungai ini kita bisa membuat aktivitas olahraga, kemudian ada duit yang mengalir ke desa, sehingga desa punya alasan untuk menjaga sungai."

Dari kiri ke kanan, empat paddler yang akan menyusuri Sungai Bengawan Solo sejauh 462 kilometer: Chatarina Tjahya, Ermiko Effendi, Muhammad Rifai, dan Bayu Prasetya Jati. (Utomo Priyambodo/National Geographic Indonesia)

Frans Teguh, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), mengatakan pihaknya siap berkolaborasi dalam mengembangkan desa-desa wisata di sekitar Bengawan Solo. Ia juga siap menerima rekomendasi-rekomendasi mengenai pengembangan desa wisata dan wisata minat khusus dari hasil eskpedisi ini.

Miko menegaskan, yang terpenting adalah menarik minat banyak orang untuk melakukan kegiatan, termasuk olahraga dan wisata, di sekitar sungai. "Kebersihan sungai ini bagian dari budaya, kebiasaan, dimiliki masyarakat luas." Semakin banyak orang yang merasa memiliki sungai ini, maka semakin banyak pula yang menjaganya.

SUP.ID memilih Sungai Tahang di Greenbelt Pantai Indak Kapuk 2 untuk jadi tempat acara Kick-Off Paddling Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022 kemarin juga karena hendak menarik perhatian banyak orang dan mengenalkan kecintaan terhadap sungai. "Air di sungai ini relatif bersih. Harapannya orang-orang yang beraktivitas di Greenbelt bisa melihat kami, terus ikut gabung. Setelah gabung baru kami akan memberikan misi kami apa," tutur Miko.

"Salah satunya misinya gini. Kalau kalian tertarik dengan sungai, olahraga air, dan sebagainya, berarti kalian memiliki tanggung jawab untuk menjaga tempat bermain kalian. Salah satunya menjaga sungai agar tetap bersih."

"Memang pekerjaannya berat. Tapi kalau semua orang hari ini care about river, terus kemudian kita menjaga perilaku kita terhadap sungai, harapannya sungai-sungai kita yang tak hanya di sini, tapi juga di Jakarta dan kota-kota lain bebas dari sampah, paling tidak itu. Terus kemudian banyak aktivitas di sungai sehingga orang bakal sungkan untuk melakukan sesuatu yang agak tercela kepada sungai."