Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022, Upaya Memuliakan Sungai Legendaris

By Utomo Priyambodo, Senin, 20 Juni 2022 | 23:45 WIB
Empat paddler berbaju hitam di depan akan menjelajahi Sungai Bengawan Solo sejauh 462 kilometer. (Utomo Priyambodo/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Sungai Bengawan Solo adalah salah satu sungai legendaris di Indonesia. Ini adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa sekaligus salah satu sungai terpanjang di Indonesia. 

Dalam lagunya, mendiang Gesang menceritakan bahwa Sungai Bengawan Solo adalah sungai yang memiliki riwayat panjang di Nusantara. Dahulu banyak pedagang berlayar dengan perahu di sungai besar tersebut. Saat kemarau, debit air sungai ini menipis, tapi kala musim hujan air sungai bisa meluap hingga menyebabkan banjir.

Leo Eliasta, Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Sungai dan Pantai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menjelaskan bahwa selain kuantitas air akibat perubahan iklim, masalah Bengawan Solo adalah kualitas airnya akibat aktivitas manusia. Pembuangan limbah rumah tangga maupun limbah industri ke sungai telah membuat sungai ini rusak, kotor dan tercemar

Organisasi komunitas Stand Up Paddle Indonesia (SUP.ID) bersama Yayasan Putra Nusantara dan berbagai pihak lainnya, menyoroti masalah pelik ini dan telah merencanakan sebuah rangkaian kegiatan akbar untuk memuliakan kembali Sungai Bengawan Solo. SUP.ID adalah organisasi komunitas berisi para pencinta stand up paddle, olahraga air yang menggabungkan papan dayung kano/kayak dengan papan selancar/surfing.

SUP.ID sejauh ini telah melakukan banyak kegiatan eksplorasi di daerah-daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata minat khusus disandingkan dengan kegiatan petualangan dan olahraga. Adapun Yayasan Putra Nusantara, lembaga non-profit yang berfokus terhadap kegiatan pendidikan dan lingkungan, sejauh ini telah melakukan berbagai program pemberdayaan masyarakat pedesaan dan penyelamatan sumber mata air dan konservasi di lahan sekitar kawasan perlindungan setempat dan daerah aliran sungai.

Rangkaian kegiatan besar yang akan mereka jalankan dalam waktu dekat adalah Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022. Ekspedisi ini akan berlangsung sejak 14 Juli hingga 14 Agustus 2022.

"Ekspedisi Bengawan Solo adalah upaya pemuliaan sungai, karena kita melihat hari ini sungai itu tidak begitu dimuliakan. Banyak bagian dari sungai itu lebih dikenal sebagai IPAL komunal. Dari pabrik keluar ke sungai, dari limbah rumah tangga keluar ke sungai," kata Ermiko Effendi, Penanggung Jawab Pelaksana Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022, dalam acara Kick-Off Paddling Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022 di Sungai Tahang, Greenbelt Pantai Indak Kapuk 2, pada 19 Juni 2022.

Ermiko Effendi, salah satu paddler sekaligus Penanggung Jawab Pelaksana Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022. (Utomo Priyambodo/National Geographic Indonesia)

"Harapan kami ketika kami turun di Sungai Bengawan Solo yang 462 kilometer, kita akan berhenti di 12 kabupaten/kota, kita akan campaign ke mereka kalau dulu zaman kerajaan pun, sungai ini punya marwah dan sungai ini punyai nilai, selain historis, dia juga diagungkan," tuturnya lagi.

Miko, sapaan Ermiko, menyebutkan salah satu bukti keagungan Bengawan Solo adalah dulu rumah persinggahan Raja Pakubuwono IX menghadap ke sungai ini. Bahkan, Sungai Bengawan Solo disebut-sebut dalam buku Babad Madura. Dikisahkan, dulu Pakubuwono IX melakukan pelayaran melaui Sungai Bengawan Solo dari Solo sampai ke Madura dan disambut di Gresik, tutur Miko.

"Yang kedua, Eugene Dubois menemukan banyak situs manusia purba di sana (sekitar Bengawan Solo), termasuk situs-situs religi. Banyak makam penduhulu kita, makam kerajaan ada di sana," kata Miko.

"Tapi mengapa sekarang ini sungai itu malah jadi halaman belakang kita, apa pun dibuang ke sungai?" tanyanya retoris.

Baca Juga: Benteng Van Den Bosch: Sang Penjaga Jalur Sungai Bengawan Solo

Baca Juga: Homo Erectus Bumiayu, Temuan Arkeologi Manusia Purba Tertua di Jawa

Baca Juga: Apakah Manusia Purba Homo floresiensis Masih Hidup di Indonesia?

Tim Vertebrata Dinas Geologi Bandung membersihkan temuan fosil gajah purba di meander Bengawan Solo. (Reynold Sumayku)

Saat ini, sebenarnya ada beberapa desa yang masih memuliakan Bangawan Solo dengan menjaga kearifan lokal mereka. "Salah satunya wisdom yang ada di beberapa kabupaten di Jawa yang sangat menghormati sekali itu sungai. Bahkan orang lokal, kalau mau menikahkan anaknya, itu dia buang uang logam ke sungai, 'Ki Rambit, Nyi Rambit, aku njaluk banyumu, minongko digawe butuhe anakku.' Dia minta air kepada Bengawan untuk kebutuhan anaknya yang mau menikah," sebut Miko mencontohkan.

Kenapa ada simbolisasi uang? "Simbolisasi uang itu adalah semacam personifikasi dari bentuk mulia, bentuk berterima kasih. Karena selama ini kita memanfaatkan Bengawan tanpa berpikir Bengawan dapat apa. Tapi kan benagwan itu selalu memberikan sesuatu buat manusia. Nah salah satu wisdom itu yang akan kita narasikan, kita bentuk sebagai paket wisata local wisdom, yang nantinya selain jadi identitas kabupaten atau daerah itu, paling tidak orang-orang lain juga aware, 'Oh, ada wisdom-wisdom itu yang selama ini kita tidak pernah tahu'."

Misi ekspedisi ini akan menampilkan empat paddler utama meneluri arus sungai sejauh 462 kilometer. Dalam ekspedisi ini, tim juga akan mendampingi desa-desa wisata yang sudah ada di sekitar sungai untuk dikembangkan lagi sekaligus memetakan potensi-potensi wisata mereka.

"Misalkan bisa ditambahi dengan paket-paket wisata water sport tourism. Harapannya, ketika banyak aktivitas di sungai kemudian orang bakal nggak enak buang sampah di sungai," ujar Miko.

"Nah, sungai harus punya manfaat untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat. Kalau sungai itu kemudian memberikan manfaat, misalkan dengan adanya sungai ini kita bisa membuat aktivitas olahraga, kemudian ada duit yang mengalir ke desa, sehingga desa punya alasan untuk menjaga sungai."

Dari kiri ke kanan, empat paddler yang akan menyusuri Sungai Bengawan Solo sejauh 462 kilometer: Chatarina Tjahya, Ermiko Effendi, Muhammad Rifai, dan Bayu Prasetya Jati. (Utomo Priyambodo/National Geographic Indonesia)

Frans Teguh, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), mengatakan pihaknya siap berkolaborasi dalam mengembangkan desa-desa wisata di sekitar Bengawan Solo. Ia juga siap menerima rekomendasi-rekomendasi mengenai pengembangan desa wisata dan wisata minat khusus dari hasil eskpedisi ini.

Miko menegaskan, yang terpenting adalah menarik minat banyak orang untuk melakukan kegiatan, termasuk olahraga dan wisata, di sekitar sungai. "Kebersihan sungai ini bagian dari budaya, kebiasaan, dimiliki masyarakat luas." Semakin banyak orang yang merasa memiliki sungai ini, maka semakin banyak pula yang menjaganya.

SUP.ID memilih Sungai Tahang di Greenbelt Pantai Indak Kapuk 2 untuk jadi tempat acara Kick-Off Paddling Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022 kemarin juga karena hendak menarik perhatian banyak orang dan mengenalkan kecintaan terhadap sungai. "Air di sungai ini relatif bersih. Harapannya orang-orang yang beraktivitas di Greenbelt bisa melihat kami, terus ikut gabung. Setelah gabung baru kami akan memberikan misi kami apa," tutur Miko.

"Salah satunya misinya gini. Kalau kalian tertarik dengan sungai, olahraga air, dan sebagainya, berarti kalian memiliki tanggung jawab untuk menjaga tempat bermain kalian. Salah satunya menjaga sungai agar tetap bersih."

"Memang pekerjaannya berat. Tapi kalau semua orang hari ini care about river, terus kemudian kita menjaga perilaku kita terhadap sungai, harapannya sungai-sungai kita yang tak hanya di sini, tapi juga di Jakarta dan kota-kota lain bebas dari sampah, paling tidak itu. Terus kemudian banyak aktivitas di sungai sehingga orang bakal sungkan untuk melakukan sesuatu yang agak tercela kepada sungai."