Pada penelitian itu, peneliti menyaring 155 studi fosil serbuk sari yang berpusat di Asia. Menggunakan teknik statistik untuk mengatasi masalah identifikasi dan berdasarkan bukti yang telah dimiliki peneliti.
Para peneliti menunjukkan bahwa mengidentifikasi serbuk sari ganja di lokasi penggalian bukanlah tugas yang sepele. Karena dalam sebagian besar pengujian, serbuk sari itu tampak identik dengan serbuk sari lainnya.
Untuk mengatasi masalah itu, mereka mencatat jenis serbuk sari lain yang ditemukan pada kandidat ganja. Jika serbuk sari lainnya berasal dari tanaman hutan, para peneliti berasumsi bahwa itu adalah serbuk sari yang berbeda, sedangkan jika berasal dari stepa, serbuk sari dianggap berasal dari tanaman-tanaman ganja modern yang lebih menyukai jenis iklim yang ditemukan di stepa.
Analisis lebih lanjut membuat mereka percaya bahwa tempat asal yang paling mungkin adalah Dataran Tinggi Tibet. Mungkin tepatnya di dekat Danau Qinghai, yang, menurut catatan ketiganya, berada sekitar 3.200 meter di atas permukaan laut.
Menariknya, para peneliti juga mencatat bahwa situs tersebut juga dekat dengan tempat ditemukannya bukti Denisovans bersama dengan serbuk sari ganja.
Setelah itu, ganja menyebar ke barat, mencapai Rusia dan Eropa sekitar 6 juta tahun lalu dan ke timur Cina 1,2 juta tahun yang lalu. Penyebaran tersebut membuat ganja ditanam di seluruh Eurasia, dan tidak heran ketika itu seratnya digunakan untuk tali dan pakaian.
"Cannabis awalnya menyebar ke barat (Eropa) kemudian ke timur (Tiongkok timur). Serbuk sari ganja di India muncul 32,6 ribu tahun yang lalu. Bukti arkeologi paling awal ditemukan di Jepang, 10.000 SM, diikuti oleh Cina," tulis peneliti.