Dampak Covid-19 dan Persepsi Negatif Opini Publik Terhadap Aksi Iklim

By Ricky Jenihansen, Rabu, 22 Juni 2022 | 13:00 WIB
Covid-19 mempengaruhi bagaimana aksi terhadap perubahan iklim. (University of California)

Pembuat kebijakan dapat memanfaatkan hubungan yang dirasakan antara covid-19 dan krisis lingkungan (Unsplash)

"Juga, mereka yang paling optimistis tentang tindakan iklim di masa depan cenderung lebih muda, laki-laki, lebih berpendidikan, dengan persepsi yang lebih kuat tentang perubahan iklim sebagai ancaman serius. dan pengalaman yang lebih positif dengan masalah covid-19."

Harapan yang umumnya pesimistis ini kontras dengan temuan studi pelengkap, yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Ecological Economics, oleh kelompok peneliti yang sama. Studi kedua ini, dipimpin oleh peneliti ICTA-UAB Stefan Drews, menganalisis bagaimana keterlibatan warga dengan perubahan iklim telah berubah dari waktu ke waktu.

   

Baca Juga: Kabar Paus Bungkuk: Risiko Laut Menghangat Akibat Perubahan Iklim

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Penurunan Keanekaragaman Hayati Mikroba Tanah

Baca Juga: Kekerasan terhadap Perempuan Diperkirakan Naik seiring Cuaca Ekstrem

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Spesies Serangga Pencinta Panas Kian Meningkat

    

Untuk ini, mereka membandingkan data survei dari kelompok responden yang sama dari bulan sebelum dan sesudah covid-19. Mereka menemukan bahwa dukungan publik untuk kebijakan iklim cenderung sedikit lebih tinggi setelah covid-19.

Bahkan responden yang memiliki pengalaman kesehatan atau ekonomi negatif akibat covid-19 pun tak kalah mendukung kebijakan iklim. "Ini menunjukkan bahwa ekspektasi publik tentang warga negara lain mungkin lebih negatif daripada kenyataan saat ini karena perubahan positif dalam opini publik telah terjadi," kata Stefan Drews.

Para ilmuwan menyarankan bahwa pembuat kebijakan dapat memanfaatkan hubungan yang dirasakan antara COVID-19 dan krisis lingkungan ini untuk memperkenalkan langkah-langkah kebijakan iklim yang lebih ambisius.

"Oleh karena itu, memahami harapan masyarakat penting bagi pembuat kebijakan untuk mengusulkan instrumen kebijakan yang tidak hanya efektif tetapi juga didukung oleh mayoritas penduduk," menurut para peneliti.