Nationalgeographic.co.id—Puing-puing kapal Antikythera pertama kali ditemukan oleh tim penyelam spons Yunani yang dipimpin oleh Kapten Dimitrios Kondos pada Oktober 1900. Sejak saat itu, telah banyak artefak yang dikumpulkan dari lokasi bangkai kapal tersebut.
Sekarang, arkeolog kelautan kembali menemukan artefak baru. Termasuk kepala patung marmer dan banyak barang dari peralatan kapal dari lokasi puing-puing yang selama ini belum pernah dijelajahi.
Seperti diketahui, bangkai kapal Antikyther adalah kapal karam Romawi berusia 2.050 tahun yang terkenal di pulau terpencil Antikythera di Yunani. Kapal itu berasal dari abad ke-1 Sebelum Masehi (SM) yaitu sekitar 85-50 SM.
Bangkai kapal Antikythera, ditemukan pada awal abad ke-20, dan sejak saat itu menjadi subyek banyak penyelidikan dan publikasi. Pada tahun 2015, pameran "Der versunkene Schatz" di Antikenmuseum di Basel memungkinkan masyarakat Swiss untuk menemukan beberapa dari banyak karya seni marmer dan perunggu yang dibawa kapal ini pada awal abad ke-1 SM.
Sementara yang lebih sederhana, pameran di University of Geneva pada tahun 2016 berfokus pada mekanisme astronomi yang terkenal yang disebut sebagai Mekanisme Antikythera, yang hingga hari ini masih belum mengungkapkan semua rahasianya.
Kapal ini diperkirakan membawa harta jarahan dari pantai Asia Kecil ke Roma, untuk mendukung parade kemenangan yang direncanakan untuk Julius Caesar. Tapi sayang, ketika kapal ini melewati pulau Antikythera yang berada di tengah rute pelayaran utama kapal ini, kapal ini mungkin tenggelam ketika terjadi badai dahsyat dan menghantamnya ke tebing terjal di pulau itu.
Pada tahun 1901, penyelam Yunani menemukan koleksi artefak kuno yang kaya dari lokasi bangkai kapal. Termasuk patung perunggu dan marmer, perhiasan, furnitur, barang pecah belah mewah, dan perangkat kompleks yang dikenal sebagai Mekanisme Antikythera.
Temuan yang terakhir adalah komputer mekanik roda gigi perunggu yang menggunakan teknologi mutakhir untuk membuat prediksi astronomi, dengan mekanisasi siklus astronomi dan teori. Artefak itu diperkirakan dibuat antara tahun 150 dan 100 SM.
"Tujuan utama dari program lima tahun saat ini (2021-2025) adalah untuk merumuskan pemahaman yang lebih jelas dan lebih tajam tentang kapal Antikythera, rutenya, muatannya, dan kondisi reruntuhannya," kata Angeliki Simosi dari Ephorate of Antiquities of Euboea dan Profesor Lorenz Baumer dari University of Geneva’s, seperti dilansir Sci-News.
Menurut mereka, penelitian lapangan di tahun 2022 ini termasuk relokasi batu-batu besar alam terpilih yang sebagian menutupi area kapal karam selama peristiwa yang sedang diselidiki. "Dengan berat masing-masing hingga 8,5 ton, pemindahan mereka memberi akses ke bagian kapal karam yang sebelumnya belum dijelajahi," jelas para peneliti dalam rilis Swiss School of Archeology in Greece.