Dampak Perubahan Iklim: Dataran Tinggi Tibet Mengalami Konflik Air

By Wawan Setiawan, Minggu, 26 Juni 2022 | 12:00 WIB
Banyak sungai Asia mengalir dari Dataran Tinggi Tibet, menyediakan cadangan air bagi hampir 2 miliar orang. (Getty Images)

"Cara iklim regional bervariasi, ada pemenang dan pecundang," kata Thompson. "Tapi kita harus belajar bekerja sama untuk memastikan pasokan air yang memadai dan merata di seluruh wilayah ini." Karena suhu lokal terus meningkat dan sumber daya air menipis, lebih banyak orang akan menghadapi persediaan air yang semakin berkurang, katanya.

Lagi pula, ketika segala sesuatunya serba salah di satu wilayah dunia, seperti efek kupu-kupu, mereka cenderung memiliki efek jangka panjang pada populasi bumi lainnya. "Perubahan iklim adalah proses global," kata Thompson. "Tidak masalah dari negara mana atau dari bagian dunia mana Anda berasal. Cepat atau lambat, Anda akan mengalami masalah yang sama," pungkasnya.

Namun, peningkatan curah hujan secara keseluruhan saja tidak akan memenuhi peningkatan kebutuhan air di wilayah dan negara hilir.

Untuk mengatasi hal ini, studi ini merekomendasikan penggunaan sistem pemantauan air yang lebih komprehensif di daerah yang langka data, dengan mencatat bahwa model atmosfer dan hidrologi yang lebih baik diperlukan untuk membantu memprediksi apa yang terjadi pada pasokan air di wilayah tersebut.

Anggota parlemen kemudian harus menggunakan pengamatan itu untuk membantu mengembangkan kebijakan yang dapat ditindaklanjuti untuk pengelolaan air berkelanjutan, kata Thompson. Jika pembuat kebijakan memutuskan untuk mendengarkan nasihat para ilmuwan, kebijakan baru ini dapat digunakan untuk mengembangkan langkah-langkah adaptasi untuk AWT melalui kolaborasi antara negara-negara hulu dan hilir.