Nationalgeographic.co.id—Sebagian besar penelitian yang melihat dampak perubahan iklim pada kehidupan manusia berfokus pada bagaimana peristiwa cuaca ekstrem itu memengaruhi hasil ekonomi dan kesehatan masyarakat dalam skala luas. Namun perubahan iklim mungkin juga memiliki pengaruh kuat pada aktivitas mendasar manusia sehari-hari, termasuk sejumlah hasil perilaku, psikologis, dan fisiologis yang penting untuk kesejahteraan.
Sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Copenhagen melaporkan bahwa peningkatan suhu lingkungan berdampak negatif pada tidur manusia di seluruh dunia. Hasil temuan ini telah dipublikasikan di jurnal One Earth pada 20 Mei 2022 dengan menuliskan judul Rising temperatures erode human sleep globally.
"Hasil kami menunjukkan bahwa tidur - proses restoratif penting yang tidak terpisahkan untuk kesehatan dan produktivitas manusia - dapat terdegradasi oleh suhu yang lebih hangat," kata penulis pertama Kelton Minor dari University of Copenhagen. "Untuk membuat keputusan kebijakan iklim yang terinformasi bergerak maju, kita perlu memperhitungkan dengan lebih baik spektrum penuh dari dampak iklim masa depan yang masuk akal dan meluas dari pilihan emisi gas rumah kaca masyarakat saat ini."
Tim mengatakan temuan mereka menunjukkan bahwa pada tahun 2099, suhu suboptimal dapat mengikis 50 hingga 58 jam tidur per orang dalam setahun. Selain itu, mereka menemukan bahwa efek suhu pada kurang tidur secara substansial lebih besar bagi penduduk dari negara berpenghasilan rendah serta pada orang dewasa dan wanita yang lebih tua.
Sudah diketahui sejak lama bahwa hari yang panas dapat meningkatkan kematian dan rawat inap serta memperburuk kinerja manusia, namun mekanisme biologis dan perilaku yang mendasari dampak ini belum dipahami dengan baik. Data yang dilaporkan sendiri baru-baru ini dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa kualitas tidur subjektif menurun selama periode cuaca panas, tetapi bagaimana fluktuasi suhu dapat memengaruhi perubahan hasil tidur objektif pada orang yang tinggal di berbagai iklim global, masih belum jelas.
"Dalam penelitian ini, kami memberikan bukti skala planet pertama bahwa suhu yang lebih hangat dari rata-rata mengikis tidur manusia," kata Minor. "Kami menunjukkan bahwa erosi ini terjadi terutama dengan menunda ketika orang tertidur dan dengan maju ketika mereka bangun saat cuaca panas."
Untuk melakukan penelitian ini, para peneliti menggunakan data tidur global anonim yang dikumpulkan dari gelang pelacak tidur berbasis akselerometer. Data tersebut mencakup 7 juta catatan tidur malam dari sejumlah 47.000 lebih orang dewasa di 68 negara yang mencakup semua benua kecuali Antarktika. Ukuran dari jenis gelang yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya telah terbukti selaras dengan ukuran independen dari terjaga dan tidur.
Studi tersebut menunjukkan bahwa pada malam yang sangat hangat (lebih dari 30 derajat Celcius), tidur menurun rata-rata lebih dari 14 menit. Kemungkinan tidur kurang dari tujuh jam juga meningkat seiring dengan naiknya suhu.
Baca Juga: Perubahan Iklim Cenderung Mengurangi Jumlah Tidur Orang per Tahun
Baca Juga: Tanaman Lahan Basah: Akankah Jadi Harapan Saat Naiknya Permukaan Laut?
Baca Juga: Pandemi Berikutnya Datang Karena Perubahan Iklim Tak Terhindari
Source | : | Dailymail.co.uk |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR