Kala Yahudi Jerman Berbalik Menyerang Nazi Pada Perang Dunia II

By Galih Pranata, Senin, 27 Juni 2022 | 13:00 WIB
The Ritchie Boys berlatih di Camp Ritchie, Maryland selama Perang Dunia II. (Department of Defense USA)

Nationalgeographic.co.idKetika tentara Amerika Serikat berperang melawan Jerman selama Perang Dunia II, ada satu kelompok yang paling termotivasi untuk turut berperang melawan Nazi Jerman.

"Sekitar 2.000 sebagian besar pengungsi Yahudi Jerman dan Austria yang melarikan diri dari Nazi karena terintimidasi, kemudian kembali ke Eropa untuk melawan balik penyiksa mereka sebagai anggota intelijen militer Amerika Serikat," tulis Fred Frommer.

Ia menulis kepada History dalam artikel berjudul The Jewish Refugees Who Fled Nazi Germany—Then Returned to Fight yang terbit pada 25 Mei 2022.

Frommer menyebut bahwa "merekalah (para pengungsi Yahudi dari Eropa untuk intelijen militer Amerika Serikat) yang dijuluki sebagai The Ritchie Boys." 

Sekitar 15.000 tentara Yahudi itu merupakan lulusan program pelatihan di Camp Ritchie, bekas Kamp Garda Nasional di Maryland yang dinamai mendiang Gubernur Maryland, Albert C. Ritchie.

Banyak pengungsi Yahudi Jerman dan Austria melapor ke Camp Ritchie saat masih ditetapkan sebagai "orang asing" yang mencurigakan, datang dari Eropa.

Namun, mereka sepenuhnya menyerahkan diri kepada militer Amerika Serikat untuk memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang Nazi.

Sebagai imbalan atas pengetahuan mereka tentang bahasa, budaya, dan topografi Jerman, yang terbukti penting dalam menggali informasi penting untuk upaya perang, Angkatan Darat Amerika Serikat akhirnya menawarkan kewarganegaraan bagi mereka.

"The Ritchie Boys adalah salah satu senjata rahasia terbesar Perang Dunia II untuk intelijen Angkatan Darat AS," kata Stuart E. Eizenstat, ketua Museum Peringatan Holocaust Amerika Serikat kepada History.

"Banyak yang melarikan diri dari Nazi Jerman tetapi kembali sebagai tentara Amerika, menyebarkan pengetahuan mereka tentang bahasa dan budaya Jerman untuk keuntungan besar," lanjutnya. Mereka secara signifikan membantu upaya perang.

The Ritchie Boys, beberapa di antaranya mendarat di pantai di Normandia, membantu menafsirkan dokumen penting milik Nazi dan menjadi intelijen, serta melakukan perang dengan musuhnya.

Menurut Museum Holocaust, dua tentara Yahudi ditawan dan dieksekusi setelah diidentifikasi sebagai orang Yahudi kelahiran Jerman, dan ada sekitar 200 The Ritchie Boys yang hidup pada Mei 2022.

Potret The Ritchie Boys di tahun 1945, Yahudi Jerman yang tergabung dalam militer Amerika Serikat sebagai intelijen selama perang melawan Nazi Jerman. (Holocaust Encyclopedia)

Meskipun anggota The Ritchie Boys dianugerahi lebih dari 65 Bintang Perak, kelompok mereka tidak terlalu terkenal selama perang. "Itu berubah selama bertahun-tahun ketika The Ritchie Boys mulai menerima lebih banyak pengakuan," sambung Frommer.

Selain penghargaan Museum Holocaust, Senat AS mengeluarkan resolusi  pada tahun 2021 yang menghormati "keberanian dan dedikasi The Ritchie Boys," dan juga mengakui "pentingnya kontribusi mereka terhadap keberhasilan Pasukan Sekutu selama Perang Dunia II."

David S. Frey, seorang profesor sejarah dan direktur Pusat Holocaust dan Genosida di Akademi Militer Amerika Serikat, mengatakan bahwa pada akhir tahun 1930-an, Jenderal George Marshall, yang saat itu menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, menyadari bahwa jika Amerika Serikat pergi berperang, dibutuhkan kemampuan intelijen medan perang—yang tidak dimiliki militernya.

Intelijen itu ialah The Ritchie Boys yang banyak membantu sekutu dalam menafsirkan berbagai dokumen penting milik Nazi, membaca situasi musuhnya dan memahami topografi orang-orang Jerman.