“Masih banyak yang perlu kita cari tahu tentang pengaruh peluncuran roket dan emisi masuk kembali ke atmosfer - khususnya, ukuran industri di masa depan dan jenis serta produk sampingan dari bahan bakar baru seperti metana cair dan bio -bahan bakar turunan," kata Ryan.
Baca Juga: Apa Jadinya Masa Depan Stasiun Luar Angkasa Internasional Tanpa Rusia?
Baca Juga: Elon Musk: SpaceX Akan Membuat Bahan Bakar Roketnya dari Udara Tipis
Baca Juga: Apakah Richard Branson Layak Disebut 'Telah Mencapai Luar Angkasa'?
Baca Juga: Taruhan Tinggi Menuju Perlombaan ke Planet Merah Bernama Mars
Dampak terhadap atmosfer ini perlu jadi perhatian khusus, terang Ryan dan tim. Soalnya, ketika partikel jelaga secara langsung menerpa atmosfer atas, dampaknya ternyata jauh lebih besar pada iklim dibandingkan sumber jelaga lainnya.
Berdasarkan skenario peluncuran roket wisata antatiksa harian atau mingguan, dampaknya terjadi pada ozon stratosfer. Hal ini menjadi ancaman untuk merusak pemulihan yang dialami setelah keberhasilan implementasi Protokol Montreal.
Protokol Montreal berisi pelarangan untuk negara-negara dunia terhadap zat-zat yang merusak lapisan ozon. Diterapkan 1987, zat-zat tertentu bisa menghalangi upaya internasional yang sukses ini.
"Satu-satunya bagian dari atmosfer yang menunjukkan pemulihan ozon yang kuat pasca Protokol Montreal adalah stratosfer atas, dan di situlah dampak emisi roket paling parah," kata Ryan. "Kami tidak mengharapkan untuk melihat perubahan ozon sebesar ini, mengancam kemajuan pemulihan ozon."