Nationalgeographic.co.id—Yunani Kuno telah terbiasa dengan olahraga ekstrem, gulat. Dalam gulat Yunani kuno atau Palé, pegulat bertarung dalam posisi berdiri dengan cara melempar lawan ke tanah.
Menurut Miller dalam buku berjudul Ancient Greek Athletics (2004), "konsep menjepit bahu lawan ke tanah belum ada. Sebaliknya, pegulat memenangkan pertandingan jika mampu melempar lawan sebanyak tiga kali ke tanah."
Salah satu posisi yang sangat penting dalam bentuk gulat ini adalah salah satu kontestan berbaring tengkurap dengan yang lain di punggungnya mencoba untuk melakukan back mount (mencekiknya).
Atlet yang berada di bawah akan mencoba untuk memegang lengan dari yang di atas dan membalikkannya ke punggungnya. Sementara, atlet di atas akan mencoba untuk menyelesaikan choke tanpa terguling.
Beberapa aturan diberlakukan dalam pertandingan gulat, diantaranya: petarung tidak diperbolehkan mencongkel mata atau menggigit, karena dianggap terlalu ekstrem dan membahayakan.
Apabila salah satu pihak dari pegulat melakukan pelanggaran, maka wasit akan mencambuknya. "Setiap pelanggaran akan dihukum dengan cambuk langsung oleh wasit sampai perilaku yang tidak diinginkan dihentikan," tambah Miller.
Fitur unik dari olahraga gulat di zaman kuno adalah bahwa tidak adanya pembagian kelas berat atau kelas ringan.
"Pegulat paling menakutkan di zaman kuno adalah Milos dari Kroton, yang dalam legenda dikisahkan dengan kekuatannya yang luar biasa," terusnya.
Milos merupakan jawara dari Olimpiade Yunani Kuno sebanyak enam kali. Dia memenangkan gulat anak laki-laki sekitar tahun 540 SM.
Ia juga memenangkan tujuh mahkota di Pertandingan Pythian di Delphi (satu saat masih kecil), sepuluh di Pertandingan Isthmian, dan sembilan di Pertandingan Nemean.