Studi ini berfokus pada kegiatan di pameran di Field Museum, Chicago, AS. Di sana pengunjung bisa ambil bagian dalam proyek sains warga.
Dalam aktivitasnya, pengunjung museum menggunakan layar sentuh digital besar untuk mengukur foto mikroskopis daun tumbuhan lumut hati (Marchantiophyta). Tanaman ini sangat kecil--seukuran bulu mata, sensitif terhadap perubahan iklim, dan dapat menjadi indikator bagaimana perubahan iklim memengaruhi suatu wilayah.
Para pengunjung diminta untuk membuat garis yang berpotongan pada sudut siku-siku dan mencatat pengukuran untuk setiap garis dalam piksel. Gambarnya diskalakan satu piksel bading 1,05 mikron karena lumut hati ukurnanya lumayan kecil.
Data pengunjung dikumpulkan dengan kelompok berdasarkan usia, anak-anak (10 tahun ke bawah), remaja (10-18 tahun), dan dewasa (di atas 18 tahun). Agar mengetahui seberapa 'baik' tiap entri data sains warga, para peneliti membandingkannya dengan para ahli yang dicoba dengan metode yang sama.
Baca Juga: Demi Pengetahuan Sains, Para Dewasa Muda Ini Rela Terkena Virus Corona
Baca Juga: Dampak Covid-19 dan Persepsi Negatif Opini Publik Terhadap Aksi Iklim
Baca Juga: Pemadaman Tak Cukup, Kebakaran Lahan Gambut Harus Dicegah Banyak Pihak
Baca Juga: Penelitian Menunjukkan Anak Kecil Bisa Alami Krisis Kesehatan Mental
"Kami tidak tahu apakah akan ada anak-anak menggambar di layar sentuh alih-alih mengukur daun, atau apakah mereka dapat mengikuti tutorial, seperti halnya orang dewasa," Pivarski. Ternyata, dalam analisis, dia dan tim menemukan bahwa 60 persen dari semua entri yang dikerjakan pengunjung setara dengan pengukuran para ahli.
Tetapi setelah membersihkan dan menganalisis data ilmuwan komunitas (yang mencakup hampir 6.700 lobulus yang diukur), penelitian tersebut menemukan bahwa 60 persen dari semua entri setara dengan pengukuran para ahli. Pivarski terkesan dengan seberapa baiknya anak-anak menyelesaikan tugas.
Temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat, bahkan anak-anak, bisa berkontribusi untuk pengambilan data ilmiah. Mungkin, saatnya para ilmuwan melibatkan masyarakat dan anak-anak dalam penelitiannya untuk menambah wawasan umum, ketimbang selama ini hanya jadi penikmat temuan saja.