Para peneliti juga menguji alat itu dengan metode lain yang disebut Human Centered Redistribution Mechanism (HCRM). Cara ini lebih populer di kalangan pengguna daripada jenis-jenis tradisional.
"AI menemukan mekanisme yang memperbaiki ketidakseimbangan kekayaan awal, memberikan sanksi kepada pengendara gratis, dan berhasil memenangkan suara mayoritas," jelas Koster dan tim.
Baca Juga: Pengamatan Koin Romawi Ungkap Krisis Ekonomi 2.100 Tahun yang Lalu
Baca Juga: Ketika Kecerdasan Buatan Menjadi Penemu, Lantas Bagaimana Patennya?
Baca Juga: Ada Situs AI Bisa Bikin Foto Telanjang Palsu, Bagaimana Etikanya?
Baca Juga: Mata Robot Kembangan MIT Ini Bisa Melihat dan Analisis Seperti Manusia
"Kami menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk memanfaatkan penyelarasan nilai alat demokrasi yang sama untuk mencapai konsensus yang digunakan dalam masyarakat manusia yang lebih luas untuk memilih perwakilan, memutuskan kebijakan publik atau membuat penilaian hukum."
Namun, tatkala alat ini diterapkan di dunia nyata, sepertinya akan ada pertanyaan dan masalah baru. Agen sebagai data pembelajaran dengan jumlah populasi atau sampel tertentu di suatu negara mungkin bisa menciptakan ketidaksetaraan atau bias untuk kebanyakan orang.
Mungkin, di masa depan penggunaan alat ini membutuhkan studi yang lebih rinci lagi sebelum pada akhirnya diterapkan. Para peneliti pun mengakui masalah ini dan tidak menyiratkan untuk membentuk 'pemerintah AI' tanpa campur tangan manusia.
"Kami melihat Demokratic AI sebagai metodologi penelitian untuk merancang mekanisme yang berpotensi menguntungkan, bukan resep untuk menyebarkan AI di ruang publik."