Nationalgeographic.co.id - Jika Anda pernah melihat situs deepfake, di mana Anda bisa membuat foto bisa bergerak, biasanya digunakan untuk mengobati rasa rindu kepada kerabat yang sudah meninggal supaya terlihat hidup kembali.
Namun, perkembangan teknologi deepfake justru melahirkan situs internet—yang tidak bisa kami sebutkan namanya demi kenyamanan berinternet—yang mampu membuat gambar wanita telanjang dengan kecerdasan buatan (AI) sejak 2019.
Bahkan, dalam beberapa bulan di tahun 2020, situs itu memperluas layanannya untuk menghasilkan uang bagi mitra yang membuat karakter telanjang. Mereka pun secara digital memiliki fitur 'menghapus' pakaian dari foto non-telanjang untuk membuat tayangan dewasa non-konsensual.
Berdasarkan analisis pengunjung di SimilarWeb, situs itu memiliki 50 juta pengunjung sejak Januari hingga akhir Oktober 2021. Pengunjungnya memuncak pada Agustus 2021 dengan 6,92 juta pengunjung, dan pembuat situs mengeklaim ada "ratusan ribu" gambar yang telah diunggah per harinya.
Baca Juga: Mata Robot Kembangan MIT Ini Bisa Melihat dan Analisis Seperti Manusia
Mengutip Wired, pengunjung mereka turun setengahnya pada Oktober 2021 setelah mendapatkan perhatian media, yang disebabkan hostingnya offline dan mata uang kripto Coinbase (COIN) menangguhkan akun pembayarannya.
Namun, pembuatnya yang misterius itu menyatakan algoritmanya diperbarui beberapa kali, dan versi ketiganya akan dirilis awal tahun ini. Dia mengeklaim, versi terbaru mendatang akan memungkinkan orang untuk "memanipulasi atribut target seperti ukuran payudara, dan rambut kemaluan."
Pria anonim yang merupakan co-founder situs ini kepada Vice mengatakan, situs ini menggunakan algoritma yang disebut Generative Adversarial Network (GAN) untuk menghasilkan konten telanjang.
Mayoritas dari gambar yang dihasilkan teknologi ini adalah perempuan berkulit putih berusia 20 hinga 40 tahun. Kemudian, kecerdasan buatan dilatih pada banyak foto wanita telanjang sehingga dapat menghasilkan versi baru dan unik dari apa yang telah dipelajarinya supaya terlihat seperti manusia.
"Itu bukan karena pilihan apa pun berada di pihak kami, tetapi hanya karena itulah bagaimana kumpulan data yang diklasifikasikan dengan baik akhirnya tertuang," terangnya.
Baca Juga: Pencegahan Kepunahan Massal di Lautan Dengan AI, Robot, dan Printer 3D
"Kami sangat berhati-hati untuk hanya menggunakan domain publik atau membeli sumber data dari penyedia server terkemuka. Sementara kami akan menambahkan laki-laki di masa depan, kenyataannya tidak banyak permintaan untuk gambar telanjang laki-laki." Berdasarkan pantauan, memang sudah ada beberapa foto laki-laki, tetapi jumlahnya sangat sedikit dibandingkan foto perempuan.
Source | : | Vox,Wired,Vice,MIT Technology Review |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR