Mamalia yang punya risiko kematian embrio karena kesalahan kromosom tertinggi adalah sapi. Tikus dan babi, golongan embrio yang lebih banyak, justru memiliki tingkat yang agak lebih rendah.
Hurst tidak menemukan kasus seperti ini pada ikan dan amfibi. Berdasarkan pengamatannya, lebih dari 2000 embrio ikan tidak ditemukan kesalahan kromosom sama sekali pada induknya. Begitu pula pada burung yang.
Baca Juga: Polusi Buruk Bisa Sangat Berdampak pada Bayi Kandungan Ibu Hamil
Baca Juga: Aborsi Selektif di India Lebih Rendah di Distrik Legislator Muslim
Baca Juga: Bayi Terpapar Ganja di Rahim Berisiko Tinggi Alami Masalah Kesehatan
Baca Juga: Ternyata, Kotoran Bayi Dapat Menjadi Sumber Probiotik yang Bermanfaat
"Bukti molekuler yang luar biasa baru-baru ini telah menemukan bahwa ketika beberapa kromosom mendeteksi bahwa mereka akan dihancurkan selama langkah pertama ini, mereka mengubah apa yang mereka lakukan untuk mencegah kehancuran, yang berpotensi menyebabkan hilangnya atau bertambahnya kromosom, dan kematian embrio," lanjutnya.
"Apa yang luar biasa, adalah jika kematian embrio menguntungkan keturunan lain dari ibu itu, karena kromosom egois akan sering ada pada saudara dan saudari yang mendapatkan makanan tambahan, mutasi lebih baik karena membunuh embrio."
Di satu sisi, berdasarkan pengamatan pada tikus, kesalahan kromosom yang menyebabkan kematian embrio bisa memberi peluang untuk pembuahan berikutnya selamat. Embrio yang mati akan menjadi sumber dayanya.
Hurst menduga bahwa manusia memang makhluk yang sangat rentan. Manusia biasanya hanya punya satu bayi pada satu waktu dan kematian embrio sejak dini memungkinkan bagi ibu untuk bereproduksi dengan cepat lagi.