Misteri Satu Abad, Jejak Air Mani Mengungkap Identitas Jack The Ripper

By Ricky Jenihansen, Selasa, 12 Juli 2022 | 14:00 WIB
Sketsa wajah Aaron Kominski, yang awalnya diduga sebagai Jack The Ripper. Satu abad berlalu, misteri ini belum terpecahkan. (Wikimedia Commons)

Tes genetik pertama pada sampel selendang dilakukan beberapa tahun yang lalu oleh Jari Louhelainen, seorang ahli biokimia di Liverpool John Moores University di Inggris. Tapi dia mengatakan dia ingin menunggu keributan mereda sebelum dia menyerahkan hasilnya.

Pembunuhan di Whitechapel: Korban terakhir Jack the Ripper yang terkenal. (Getty Images)

Penulis Russell Edwards, yang membeli selendang pada tahun 2007 dan memberikannya kepada Louhelainen, menggunakan hasil tes itu. Hasil yang tidak dipublikasikan untuk mengidentifikasi Kosminski sebagai pembunuh dalam sebuah buku 2014 berjudul Naming Jack the Ripper.

Akan tetapi para ahli genetika mengeluh pada saat itu bahwa tidak mungkin untuk menilai klaim tersebut. Hal itu karena hanya ada sedikit rincian teknis tentang analisis sampel genetik dari selendang itu yang dapat diperoleh.

Hingga kemudian penelitian terbaru ini mampu memperjelas hasil analisis sebelumnya dengan metode yang lebih canggih dan sistematis. Tes membandingkan fragmen DNA mitokondria yaitu bagian DNA yang hanya diwariskan dari satu ibu.

Fragmen tersebut diambil dari selendang dengan sampel yang diambil dari keturunan Eddowes dan Kosminski yang masih hidup saat ini.

Selendang yang jatuh di sebelah korban. (Louhelainen et al.)

Hanya saja hasil uji tersebut masih disangkal beberapa kritikus yang mengatakan bahwa seharusnya uji DNA hanya digunakan untuk mengecualikan tersangka bukan untuk menentukan tersangka.

Dengan kata lain, DNA mitokondria dari selendang bisa dari Kosminski, tetapi mungkin juga berasal dari ribuan yang tinggal di London pada saat itu.

Temuan penelitian ini mungkin tidak memuaskan para ahli Ripper lainnya yang mengatakan selendang itu mungkin telah terkontaminasi selama bertahun-tahun.

Selendang itu diberikan kepada Louhelainen oleh Edwards, seorang "detektif kursi" yang memproklamirkan diri dan penulis "Naming Jack the Ripper," yang membelinya di lelang pada 2007.

"Saya punya satu-satunya bukti forensik dalam seluruh sejarah kasus ini," kata para peneliti kepada the guardian.

"Saya telah menghabiskan 14 tahun mengerjakannya, dan kami telah memecahkan misteri siapa Jack the Ripper secara definitif."