Nationalgeographic.co.id—Sebelum maraknya kasus penipuan biro haji dan umroh di Indonesia modern ini, sejarah juga pernah mencatat adanya eksploitasi yang dilakukan agen atau biro haji. Tepatnya di zaman Hindia Belanda.
Siti Rahmawati menulis dalam skripsinya berjudul Kebijakan Hindia Belanda Terhadap Haji di Batavia Pada Tahun 1859 dan 1922 (2018) yang menyebut bahwa Herklots tercatat sebagai contoh kebobrokan agen haji swasta di masa Hindia Belanda.
Nama biro haji Herklots sendiri diambil dari nama pendirinya yang merupakan seorang Indo (Jawa-Belanda) dari Indramayu, Gregorius Marianus Herklots. Ia memang dikenal sebagai pengusaha yang bergerak di sektor travel ibadah haji.
Sepak terjang bisnisnya dimulai sejak ia bergabung ke dalam agen perjalanan haji, firma Knowles & Co. yang berkantor di Batavia. Firma ini sudah dikenal kredibilitasnya dalam melancarkan perjalanan jamaah haji di Batavia, terlebih di Hindia Belanda.
Keukenis, pemilik firma Knowles & Co., sangat puas dengan kinerja Herklots. Kegigihan dan etos kerjanya selama beragen dengan firma Keukenis itu, membuatnya dipercaya untuk membangun cabang di Arab Saudi. Ia kelak melayani perjalanan pulang jamaah dari Mekah menuju Batavia.
"Laporan konsul Belanda di Jeddah menyebut bahwa Herklots telah singgah di sana pada 27 Februari 1893," tulis Siti. Bersamaan dengan itu, pimpinan firma Knowles & Co. juga melayangkan permohonan kepada konsul Belanda di Jeddah untuk memberi izin dan pengawasan kepada Herklots selama berada di sana.
Berkat izin dan perlindungan dari konsul Belanda di Jeddah, Herklots memulai bisnis travel hajinya untuk memulangkan para jamaah ke Jawa. Bisnisnya dimulai dengan cara mencarter kapal api British India Steam Navigation Company Limited.
Ia juga memainkan perannya lewat reklame-reklame tentang pelayanan yang istimewa, jika para jamaah menggunakan jasanya. Modalnya yang tak begitu banyak, ditopang oleh syarif besar di Mekah.
Menariknya, ia menipu syarif besar Mekah dengan mengubah namanya menjadi Abdul Hamid. Hal itu ia lakukan lantaran sang syarif tak akan mau membantu seorang non-muslim dalam mengendalikan agen perjalanan haji. Syarif itu kemudian menyumbang f.150.000 (gulden) kepada Abdul Hamid alias Herklots.
Dukungan modal yang besar dari Abdul Hamid itu membuat Herklots gelap mata. Ia bernafsu untuk mengumpulkan para calon jamaah sebanyak-banyaknya. Ia tak memikirkan kuota yang ditanggung oleh kapal api carterannya itu.
Karena kantor agennya yang berlokasi di Jeddah, para jamaah akan diangkut dari kota suci menuju Jeddah terlebih dahulu, sebelum akhirnya pulang kembali ke Hindia Belanda. Mengejutkannya, Herklots masih memungut biaya perjalanan dari Mekah ke Jeddah.