Sepak Terjang Herklots yang Menipu dan Merugikan Jamaah Haji

By Galih Pranata, Senin, 11 Juli 2022 | 14:00 WIB
Jamaah haji dari tanah suci menuju Batavia sekitar tahun 1929. (Arsip Nasional RI)

Nationalgeographic.co.id—Sebelum maraknya kasus penipuan biro haji dan umroh di Indonesia modern ini, sejarah juga pernah mencatat adanya eksploitasi yang dilakukan agen atau biro haji. Tepatnya di zaman Hindia Belanda.

Siti Rahmawati menulis dalam skripsinya berjudul Kebijakan Hindia Belanda Terhadap Haji di Batavia Pada Tahun 1859 dan 1922 (2018) yang menyebut bahwa Herklots tercatat sebagai contoh kebobrokan agen haji swasta di masa Hindia Belanda.

Nama biro haji Herklots sendiri diambil dari nama pendirinya yang merupakan seorang Indo (Jawa-Belanda) dari Indramayu, Gregorius Marianus Herklots. Ia memang dikenal sebagai pengusaha yang bergerak di sektor travel ibadah haji.

Sepak terjang bisnisnya dimulai sejak ia bergabung ke dalam agen perjalanan haji, firma Knowles & Co. yang berkantor di Batavia. Firma ini sudah dikenal kredibilitasnya dalam melancarkan perjalanan jamaah haji di Batavia, terlebih di Hindia Belanda.

Keukenis, pemilik firma Knowles & Co., sangat puas dengan kinerja Herklots. Kegigihan dan etos kerjanya selama beragen dengan firma Keukenis itu, membuatnya dipercaya untuk membangun cabang di Arab Saudi. Ia kelak melayani perjalanan pulang jamaah dari Mekah menuju Batavia.

"Laporan konsul Belanda di Jeddah menyebut bahwa Herklots telah singgah di sana pada 27 Februari 1893," tulis Siti. Bersamaan dengan itu, pimpinan firma Knowles & Co. juga melayangkan permohonan kepada konsul Belanda di Jeddah untuk memberi izin dan pengawasan kepada Herklots selama berada di sana.

Berkat izin dan perlindungan dari konsul Belanda di Jeddah, Herklots memulai bisnis travel hajinya untuk memulangkan para jamaah ke Jawa. Bisnisnya dimulai dengan cara mencarter kapal api British India Steam Navigation Company Limited.

Ia juga memainkan perannya lewat reklame-reklame tentang pelayanan yang istimewa, jika para jamaah menggunakan jasanya. Modalnya yang tak begitu banyak, ditopang oleh syarif besar di Mekah.

Menariknya, ia menipu syarif besar Mekah dengan mengubah namanya menjadi Abdul Hamid. Hal itu ia lakukan lantaran sang syarif tak akan mau membantu seorang non-muslim dalam mengendalikan agen perjalanan haji. Syarif itu kemudian menyumbang f.150.000 (gulden) kepada Abdul Hamid alias Herklots.

Dukungan modal yang besar dari Abdul Hamid itu membuat Herklots gelap mata. Ia bernafsu untuk mengumpulkan para calon jamaah sebanyak-banyaknya. Ia tak memikirkan kuota yang ditanggung oleh kapal api carterannya itu.

Umat muslim berkumpul di depan ratusan tenda di kota suci Mekkah dalam rangka menunaikan ibadah haji. (Samuel M. Swemer/National Geographic Creative)

Karena kantor agennya yang berlokasi di Jeddah, para jamaah akan diangkut dari kota suci menuju Jeddah terlebih dahulu, sebelum akhirnya pulang kembali ke Hindia Belanda. Mengejutkannya, Herklots masih memungut biaya perjalanan dari Mekah ke Jeddah.

Meski sudah memesan tiket pulang yang tidak murah, jamaah haji tetap harus membayar senilai 37 ringgit jika tetap bertekad akan pulang. Herklots tak segan untuk tidak memulangkan, apabila jamaah tidak membayar sejumlah biaya yang diminta.

Setelah membayar sejumlah biaya perjalanan dari Mekah ke Jeddah, calon penumpang belum tentu pulang di hari itu juga. Kapal api carteran Herklots tidak dapat menampung banyak jamaah.

  

Baca Juga: Perjalanan Haji Mansa Musa: Manusia Paling Kaya Sepanjang Sejarah

Baca Juga: Demi Status Sosial di Masa Kolonial, Perjalanan Haji Beresiko Ditempuh

Baca Juga: Kekecewaan Terhadap Pemerintah Kolonial Buat Jamaah Haji Enggan Pulang

Baca Juga: Pemahaman Unik Memaknai Ibadah Haji Pedagang Muslim di Yogyakarta

    

Setidaknya ada 2.000 jamaah lain yang harus menunggu lagi kapal api carteran Herklots berikutnya. Hal itu tentunya membuat para jamaah sangat dirugikan. "Mereka harus berkemah di bawah langit terbuka," lanjut Siti.

Akhirnya datanglah kapal lain yang dicarter Herklots, kapal Samoa. Meski mampu menampung jamaah dalam jumlah besar—4.507 ton, kapal ini tidak menjamin kesehatan dan keamanan. Terbukti, mereka tetap berjubel sesak dengan ventilasi yang kurang memadai.

Atas laporan kekecewaan penumpangnya, Herklots dibawa oleh konsulat Belanda di Jeddah. Ia kemudian dibawa ke meja hijau di Batavia. Namun saat persidangan, Herklots dianggap tidak bersalah. Dewan Justisi Batavia akhirnya melepaskannya dalam pengawasan.

Meski berupaya bangkit lagi untuk membangun kembali usahanya, Herklots tetap gagal mendapat kepercayaan para jamaah. Hal ini membuatnya berhenti untuk berbisnis dalam sektor keberangkatan haji.