Sepuluh Temuan Paling Menarik dari Dunia Hewan Sepanjang Tahun 2021

By Utomo Priyambodo, Jumat, 15 Juli 2022 | 09:00 WIB
Gajah betina tanpa gading di Taman National Gorongosa, Mozambik (Livescience)

Nationalgeographic.co.id—Di masa pandemi pun, Bumi masih merupakan tempat yang luar biasa, penuh dengan janji dan misteri, termasuk bagi dunia hewan. Penelitian tentang keajaiban alam terus menunjukkan kepada kita betapa menakjubkannya kehidupan di planet kita ini.

Berikut adalah sepuluh temuan dari dunia hewan yang menarik perhatian banyak orang sepanjang tahun 2021 kemarin, seperti yang dihimpun oleh National Geographic.

1. 'Virgin birth' (kelahiran perawan) pada burung langka

Condor california —burung pemulung luar biasa dengan lebar sayap lebih dari sembilan kaki— hampir punah pada pertengahan abad ke-20, karena keracunan, perburuan, dan perusakan habitat. Dalam upaya ambisius untuk menyelamatkan mereka, semua 22 condor ditangkap dari alam liar pada tahun 1987 dan dibesarkan di penangkaran, sebelum dilepaskan kembali ke bagian California, Utah, Arizona, dan Baja California. Jumlah populasi condor california sekarang lebih dari 500 ekor.

Para peneliti telah melacak dengan cermat kebiasaan dan genetika perkembangbiakan burung, dan pada bulan Oktober 2021, mereka menemukan bahwa dua burung betina telah melahirkan anak-anak tanpa perkawinan. Ini adalah bukti pertama kelahiran perawan, juga dikenal sebagai partenogenesis, pada spesies ini. Para ilmuwan berpikir bahwa bentuk reproduksi ini secara signifikan lebih umum di dunia hewan daripada yang diperkirakan, sebagian karena sulit untuk dideteksi dan jarang dilacak.

Meskipun partenogenesis dapat berfungsi sebagai rakit kehidupan bagi spesies langka ketika pasangan langka, partenogenesis juga dapat memiliki kerugian, seperti mengurangi keragaman genetik.

Kenapa ini terjadi? "Kami tidak tahu," kata Oliver Ryder, direktur genetika konservasi di San Diego Zoo Wildlife Alliance. "Apakah itu akan terjadi lagi? Saya lebih percaya begitu."

2. COVID-19 ditemukan pada rusa liar dan hewan-hewan lain

Virus penyebab COVID-19 tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga dapat menginfeksi berbagai spesies hewan.

Sejauh ini, para peneliti telah menemukan bukti infeksi pada hewan penangkaran atau peliharaan, termasuk harimau, singa, gorila, cerpelai, macan tutul salju, anjing domestik, dan kucing domestik. Umumnya, virus diperkirakan menyebabkan gejala ringan pada hewan-hewan lain.

Namun virus tersebut juga menginfeksi rusa ekor putih liar di Amerika Utara. Para ilmuwan di Iowa menemukan infeksi aktif pada sekitar 80 persen rusa, menurut penelitian yang diterbitkan pada bulan November 2021 di bioRxiv, sebuah situs yang memposting temuan ilmiah awal. Analisis menunjukkan bahwa rusa telah terinfeksi beberapa kali dari manusia dan menularkannya ke satu sama lain‚ meskipun tidak ada yang tahu bagaimana rusa dapat tertular virus.

Penelitian ini mirip dengan penelitian yang diterbitkan awal tahun 2021 yang menunjukkan bahwa 40 persen dari 152 rusa yang diuji di tiga negara bagian —Michigan, Illinois, dan New York— memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2.

Adanya reservoir virus pada hewan biasa mengkhawatirkan. Sebab, rusa berpotensi menularkannya kembali ke manusia, kata para peneliti.

3. Reptil terkecil di dunia ditemukan

Bunglon Brookesia nana jantan di ujung jari peneliti. Mereka seukuran biji bunga matahari. (FOTO OLEH FRANK GLAW, ZOOLOGISCHE STAATSSAMMLUNG MÜNCHEN)

Pada bulan Februari 2021, para peneliti mengumumkan spesies baru dari dunia hewan, yakni spesies baru bunglon yang ditemukan di hutan hujan di Madagaskar utara. Spesies ini diberi nama Brookesia nana, atau disingkat B. nana.

Yang disebut bunglon nano ini berukuran sebesar biji bunga matahari, dan mungkin merupakan reptil terkecil di Bumi.

Menemukan reptil sekecil itu menimbulkan pertanyaan menarik tentang batas bawah ukuran tubuh pada vertebrata. Temuan ini juga menyoroti keanekaragaman hayati dunia hewan Madagaskar yang menakjubkan —dan sangat terancam—, kata para ilmuwan. Para penemunya menduga bunglon ini akan segera terdaftar sebagai hewan yang terancam punah.

4. Kloning musang berkaki hitam

Untuk menyelamatkan spesies lain yang terancam punah, para ilmuwan telah berhasil mengkloning musang berkaki hitam, menggunakan sel yang diawetkan dari hewan liar yang sudah lama mati. Ini adalah pertama kalinya spesies asli yang terancam punah dikloning di Amerika Serikat.

Pencapaian tersebut, yang diumumkan pada bulan Februari 2021, merupakan kemajuan besar, karena hanya sekitar 500 musang berkaki hitam yang tersisa. Semuanya berkerabat dekat dan merupakan keturunan dari satu koloni yang ditemukan pada tahun 1981 di Wyoming setelah spesies tersebut dianggap punah.

   

Baca Juga: Dunia Hewan: Beberapa Hewan Berevolusi untuk Mengorbankan Diri Mereka

Baca Juga: Dunia Hewan: Uniknya Cara Mamalia Darat dan Mamalia Laut Tidur

Baca Juga: Dunia Hewan: Kenapa Kuda Tidur Sambil Berdiri? Apa Tak Takut Jatuh?

   

Tetapi sel-sel dari satu betina bernama Willa, yang mati pada pertengahan 1980-an tanpa bereproduksi, diawetkan di atas es di Kebun Binatang Beku (Frozen Zoo), sebuah program dari Aliansi Margasatwa Kebun Binatang San Diego (San Diego Zoo Wildlife Alliance). Sel-sel ini sekarang telah dikloning dan dibuat menjadi musang yang layak bernama Elizabeth Anne.

Para peneliti berharap bahwa keturunannya akan dapat diperkenalkan kembali ke alam liar di tahun-tahun mendatang. Semoga ketururan musang itu bisa menambah keragaman genetik yang sangat dibutuhkan ke dalam populasi inbrida.

5. Hotspot keanekaragaman lebah dunia ditemukan

Lembah San Bernardino, yang mengangkangi Arizona dan Meksiko, adalah salah satu lahan basah pedalaman terpenting di Amerika Serikat Barat Daya. Selama ribuan tahun, air telah mengalir ke selatan dari pegunungan dan memaksa keluar dari sumur artesis, sehingga menimbulkan kumpulan tanaman dan bunga sepanjang tahun. Keanekaragaman tumbuhan ini juga mendukung sejumlah besar serangga, termasuk lebah.

Pada bulan April 2021, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Hymenoptera Research, menemukan bahwa 497 spesies lebah hidup dalam lebih dari enam mil persegi lembah itu. Area ini 10 kali lebih kecil dari Washington, D.C. Sejauh ini, ini adalah konsentrasi keanekaragaman lebah tertinggi di Bumi.

Penemuan ini membuat kebutuhan penting untuk melindungi lembah itu, yang telah menderita akibat pembangunan tembok perbatasan, pagar baja setinggi 30 kaki yang membelah lembah. Para pembangun menggunakan sejumlah besar air akuifer untuk membuat semen untuk dasar dinding, yang menyebabkan mata air di lembah mengering.

6. Beberapa gajah berevolusi untuk kehilangan gadingnya

Perang saudara Mozambik yang berlangsung dari 1977 hingga 1992, adalah peristiwa yang brutal bagi gajah-gajah Afrika. Lebih dari 90 persen gajah dibunuh untuk diambil gadingnya di Taman Nasional Gorongosa negara itu.

Tetapi pembantaian itu memiliki hasil yang tidak terduga: Beberapa gajah berevolusi tanpa gading —sehingga memberi mereka peluang lebih kecil untuk dibunuh oleh para pemburu liar.

Seperti yang dilaporkan National Geographic sebelumnya, sekitar sepertiga gajah betina muda di Gorongosa, yang lahir setelah perang berakhir pada 1992, tidak pernah mengembangkan gading.

Laporan penelitian yang diterbitkan pada bulan Oktober 2021 di jurnal Science menunjukkan bahwa sepertiga gajah betina tersebut memiliki salinan dua gen yang telah bermutasi —dalam kondisi norman salinan gen itu berfungsi mendorong perkembangan gading. Biasanya, kondisi tanpa gading hanya terjadi pada sekitar 2 hingga 4 persen gajah Afrika betina, tapi kali ini terjadi pada hingga sepertiga kawanan.

7. Migrasi paus mencatatkan rekor baru

Seberapa jauh paus dapat berenang? Seekor paus abu-abu memecahkan rekor dunia untuk vertebrata laut, melakukan perjalanan lebih dari 16.700 mil —lebih dari separuh dunia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Juni 2021 di jurnal Biology Letters. Cetacea jantan itu, yang terlihat di Namibia pada tahun 2013, juga merupakan paus abu-abu pertama yang pernah diamati di belahan bumi selatan.

Ketika rekan penulis studi Simon Elwen, seorang ahli zoologi di University of Stellenbosch, Afrika Selatan, pertama kali mendengar penampakan paus itu tahun 2013, dia skeptis.

"Ini seperti seseorang yang mengatakan bahwa mereka melihat beruang kutub di Paris—secara teknis bisa sampai di sana, tapi sepertinya tidak terlalu realistis." Tetapi penelitian menunjukkan bahwa gen paus itu cocok dengan gen dari populasi yang diketahui di Pasifik Utara.

8. Kuda liar dan keledai menggali sumur gurun

Meskipun beberapa orang menganggap kuda dan keledai liar, atau burro, sebagai ancaman yang diperkenalkan, hewan-hewan itu dapat memengaruhi lingkungan mereka dengan cara yang membantu hewan-hewan lain.

Pada bulan April 2021 di jurnal Science, para ilmuwan melaporkan hewan-hewan ini dapat menggunakan kuku mereka untuk menggali lebih dari enam kaki untuk mencapai air tanah, pada gilirannya menciptakan oasis yang berfungsi sebagai anugerah bagi satwa-satwa liar lainnya.

Tim menemukan sumur seperti itu di Gurun Sonora, di Arizona barat, dan di Gurun Mojave, mencatat total 57 spesies yang mengunjungi sumber air. Ini termasuk luak Amerika; beruang hitam; dan sederet burung, termasuk beberapa spesies yang menurun, seperti burung hantu elf.

Perilaku tersebut sesuai dengan definisi "rekayasa ekosistem," sebuah fenomena di mana satwa-satwa liar mengubah lingkungan mereka, kata penulis studi Erick Lundgren, seorang peneliti postdoctoral di Aarhus University di Denmark.

9. Siput laut ini memenggal kepalanya sendiri

Biasanya, ketika seekor binatang kehilangan kepalanya, kehidupan binatang itu berakhir. Tapi tidak demikian untuk beberapa siput laut. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Maret 2021 di jurnal Current Biology, dua spesies hewan laut itu dapat memenggal kepala mereka sendiri. Setiap kepala yang terpotong kemudian dapat meregenerasi tubuh yang sama sekali baru.

Makhluk-makhluk ini juga tidak biasa karena mereka dapat mencuri kloroplas dari ganggang dan berpotensi memanen energi dari matahari di dalam tubuh mereka sendiri.

Para peneliti tertarik pada contoh ekstrem dari regenerasi tubuh tersebut, yang dapat berimplikasi pada pengobatan manusia.

10. Semut bisa mengecilkan dan menumbuhkan kembali otaknya

Semut-semut pelompat India, spesies dengan rahang seperti tang dan mata hitam besar yang menghuni hutan di sepanjang pantai barat India, memiliki cara yang aneh untuk memilih ratu. Untuk melakukannya, para semut pekerja menjadi tuan rumah kompetisi di mana pemenangnya menjadi penguasa kerajaan semut, yang mampu menghasilkan telur-telur. Indung telur semut betina pemenang itu kemudian mengembang, dan otaknya menyusut hingga 25 persen.

Tetapi ratu-ratu ini juga dapat dilepas dari takhtanya dan menjadi pekerja lagi, menyebabkan organ-organ reproduksi mereka menyusut dan otak berkembang sekali lagi—suatu prestasi luar biasa yang sebelumnya tidak diketahui terjadi pada serangga, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan April 2021 di jurnal Royal Society B: Biological Sciences..

"Di dunia hewan," jelas pemimpin studi Clint Penick, dari Kennnisaw State University di Georgia, "tingkat plastisitas ini —dan terutama plastisitas yang dapat dibalik/dipulihkan— cukup unik."