Melawak tentang Politik di Zaman Romawi, Bisa-bisa Nyawa Melayang!

By Sysilia Tanhati, Rabu, 13 Juli 2022 | 09:00 WIB
Politik sering dijadikan bahan lawakan oleh sejumlah komedian bermental baja. Namun melawak tentang politik di zaman Romawi ini bisa membuat nyawa melayang. (Naples National Archaeological Museum)

Nasib yang berbeda-beda untuk pelawak politik

Selama ratusan tahun setelah kematian dua bapak komedi teater, penerusnya menggunakan humor untuk membalikkan harapan dan memusuhi masyarakat Romawi. “Mereka juga terlibat dengan wacana politik saat itu,” tambah Boissoneault. Ambil contoh Seneca Muda, seorang filsuf dan penasihat Kaisar Nero. Pada tahun 54 Masehi, Seneca menulis sebuah risalah pendek berjudul The Apocolocyntosis, yang mengolok-olok kaisar Claudius yang baru saja dibunuh.

Dalam drama itu, Seneca sangat terampil dan jahat dalam mengejek penyakit fisik dan mental Claudius. “Ini termasuk kesulitan berbicara dan kelemahan fisik,” tulis klasik H. Mac L. Currie. Seneca menggunakan kesukaan Claudius pada permainan dadu sebagai hukuman yang kejam untuk mendiang kaisar. Seneca bisa lolos setelah melontarkan penghinaan? Ini karena sponsornya adalah penerus kaisar.

Seneca terbebas dari hukuman ketika menggunakan penanya untuk menimbulkan tawa dan cemoohan. Namun pelawak lain tidak seberuntung itu. Menjadi pelawak alih-alih penulis disertai dengan kerugian besar: Itu berarti Anda tidak bisa menjadi warga negara. Mereka tidak dapat menyebut dirinya warga negara Romawi atau mendapatkan manfaat apa pun yang terkait. Seperti bentuk terbatas representasi politik yang dinikmati orang lain. Ini berarti bahwa sebagian besar pelawak yang berakting adalah mantan budak atau orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan.

Lawak politik untuk berbicara tentang kebenaran kepada penguasa

Bagi pelawak yang berusaha keras untuk jadi penulis, tidak ada jaminan untuk peningkatan status sosial. Pada tahun 46 Sebelum Masehi, Julius Caesar menuntut agar salah satu penulis pantomim hebat pada masa itu, Decimus Laberius, tampil dalam semacam pertarungan pantomim. Laberius akan berhadapan dengan mantan budak Suriah bernama Pubilius. Laberius tidak ingin kehilangan pangkatnya, namun bagaimana dia bisa menolak Caesar?

Jadi Laberius muncul, mengenakan pakaian seorang budak Suriah untuk mengejek pesaingnya. Ia berkata, “Warga negara, kita kehilangan kebebasan kita,” serta, “Dia yang banyak ditakuti harus ditakuti banyak orang.” Meski kalah dalam kompetisi, Laberius sebenarnya dihadiahi oleh Caesar sehingga dia bisa membeli kembali kewarganegaraannya.

   

 Baca Juga: Napak Tilas Jejak sang Diktator Romawi Julius Caesar di Kota Abadi

 Baca Juga: Kesadisan Pertunjukan Paruh Waktu Romawi 'Damnatio ad Bestias'

 Baca Juga: Jenazah Raja Yunani Kuno Aleksander Agung Pun Jadi Penyebab Perang