Secara geopolitik, Prancis pada abad ke-18 merupakan musuh bagi Inggris. Baik di masa monarki maupun republik, Prancis sangat mendukung revolusi kemerdekaan di Amerika Serikat dari kolonialisme Inggris.
Sejarawan dari University of Melbourne Darius von Guttner di jurnal Agora mengatakan, Revolusi Prancis dan Amerika jadi titik pencerahan dalam perubahan sejarah Eropa. Masyarakat Eropa mulai berpikir tentang kebebasan.
"Dengan masing-masing upaya reformasi ini mengancam hak-hak istimewa berbagai kelompok kepetingan, mereka yang berdiri kehilangan pembelaan diri mereka sendiri dengan menantang hak raja untuk mengubah undang-undang dan mengubah kebiasaan yang dilindungi oleh tradisi," jelas Guttner. Keduanya mengalami keresahan yang sama: pembatasan oleh monarki yang ada di Eropa.
"Sejarawan dengan perspektif berbeda, seperti Peter McPhee, François Furet dan William Doyle, setuju bahwa konflik yang mendahului revolusi bukan hanya produk sampingan dari struktur pemerintahan yang ketinggalan zaman dan tidak efisien, tetapi–seperti di Eropa lainnya–mereka berakar kuat dalam struktur sosial hierarkis Prancis yang kompleks," lanjutnya.
Dari tekanan pada rakyat inilah, seluruh ideologi modern muncul, terang Liulevicius. Pendukungnya berpendapat bahwa sistem dari ideologi ini bisa melayani rakyat dengan baik. beberapa di antaranya, lahirlah liberalisme yang menekankan kebebasan individu pada ekonomi dan politik.
Baca Juga: Kisah Ratu Marie Antoinette yang Dieksekusi Saat Revolusi Prancis
Baca Juga: Pengaruh Politik Revolusi Prancis yang Berkelana Hingga Hindia Belanda
Baca Juga: Membuka Pesan di Balik Lagu Internationale untuk Perjuangan Buruh
Baca Juga: Makna Semboyan Liberte, Egalite, Fraternite dalam Budaya Prancis
Nasionalisme pun tumbuh kuat pada komunitas nasional, terutama pada abad ke-19 dan ke-20. Pengaruh ini bermunculan di negeri-negeri koloni Eropa di benua lain, termasuk Indonesia atas kolonialisme Belanda.
Ideologi modern yang tidak kalah populer berkat Revolusi Prancis muncul di abad ke-19 oleh Karl Marx. Liulevicius berpendapat, Revolusi Prancis adalah tahap sejarah yang diperlukan untuk menciptakan sosialisme dan komunisme.
Di sisi lain, kalangan konservatif juga terinspirasi dari Revolusi Prancis. Gerakan radikal revolusioner menginspirasi konservativisme modern untuk menentang kesenjangan politik yang menyediakan templatnya untuk dieksplorasi.
Gerakan radikal Revolusi Prancis pun turut menginspirasi pemberontakan radikal lainnya di abad ke-20. Misalnya gerakan anarki untuk mengarahkan tirani, atau Revolusi Rusia tahun 1917 ketika kaisar digulingkan oleh Lenin dan kaum Bolshevik.