Bernaung di Bawah Atap Joglo: Hunian Para Priayi Aristokrat Jawa

By Galih Pranata, Sabtu, 16 Juli 2022 | 09:00 WIB
Sebuah pendopo kerajaan yang sangat besar di Istana Mangkunegaran beratap joglo. (Crisco/Wikimedia Commons)

Pendapha diilustrasikan sebagai imaji, mendapat tempat sentral dalam kehidupan tradisi masyarakat Jawa. Pendapha joglo juga menjadi tempat pengendalian diri, di mana bagi para priayi dianggap sebagai kewicaksanan (kebijaksanaan).

Begitu juga yang dituliskan oleh Sartono Kartodirdjo bahwa pendapha joglo bersifat teratur, selaras, dan stabil (kosmos). Struktur falsafah pendapha dapat digambarkan dari pertemuan priayi dengan para abdi dalem-nya.

Struktur lantai pendapha tersusun atas tiga tingkat yang melambangkan stratifikasi sosial Jawa. Pada lantai atas pendapha digunakan untuk tempat duduk priayi aristokrat, sedangkan emper digunakan untuk priayi rendahan dan para abdi dalem akan duduk di luar.

Rumah joglo di Yogyakarta sekitar tahun 1908. (Wikimedia Commons)

Meski hari ini bangunan joglo sudah banyak dipandang sebelah mata, tetapi nilai historis menjawab keagungannya di masa lampau.