Dunia Hewan: Ngengat Menghasilkan Ultrasonik Lebih Luas dari Perkiraan

By Wawan Setiawan, Selasa, 26 Juli 2022 | 14:00 WIB
Dunia hewan nokturnal: Ngengat mengubah bagian tubuh mereka yang berbeda menjadi instrumen organik yang disetel dengan baik untuk menghindari kelelawar. (Jerald Pinson/Florida Museum)

"Ngengat dan kupu-kupu secara kolektif adalah salah satu kelompok paling beragam di planet ini, mengandung satu dari setiap 10 hewan yang disebutkan. Jika hasil ini berhasil, kemungkinan itu akan menjadi kumpulan kompleks mimikri terbesar di Bumi," katanya.

"Ngengat harimau memiliki struktur yang disebut tymbal, yang melengkung ke dalam dan ke luar," kata Kawahara. "Beberapa dari mereka menggunakan struktur pada sayap mereka, beberapa menggunakan perut mereka, sementara yang lain menggunakan alat kelamin yang dimodifikasi!"

   

Baca Juga: Dunia Hewan: Koloni Semut Berperilaku Seperti Jaringan Saraf

Baca Juga: Dunia Hewan: Teman Sebaya Mungkin Kunci Pereda Stres bagi Gajah Yatim

Baca Juga: Dunia Hewan: Uniknya Biomekanika Otot dan Kulit Belalai Gajah

Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Tubuh Gajah Sangat Besar? Apa Untung dan Ruginya?

    

Sinyal anti-kelelawar tidak hanya terbatas pada ngengat. Beberapa kumbang harimau dapat membuat klik defensif pada kelelawar dengan mengepakkan sayapnya ke selubung pelindungnya. Kelompok serangga lain, seperti katydids, jangkrik dan mantid dapat mendengar kelelawar yang datang. Barber mencatat kemungkinan bahwa beberapa mungkin memiliki kemampuan yang belum diketahui untuk berkomunikasi dengan pengejar mereka. Tetapi dengan sekitar 40% spesies serangga saat ini dalam risiko kepunahan. Pada tingkat yang melampaui kemampuan peneliti untuk menemukan dan memberi nama mereka.

Dia memperingatkan kemungkinan yang sangat nyata bahwa simfoni ultrasonik ini mungkin terdiam sebelum kita memiliki kesempatan untuk mendengar atau mempelajari artinya.

"Kompleks mimikri ini kemungkinan tidak hanya terbatas pada ngengat," katanya. "Seluruh permadani kehidupan serangga nokturnal mungkin terlibat. Tetapi kesempatan untuk memahami dunia alami akan hilang. Begitu banyak garis keturunan yang punah sehingga kemungkinan kita berada di zaman keemasan terakhir biologi. Kita masih bisa memahami bagaimana kehidupan berlangsung, jika kita melakukannya sekarang."

   

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo