Nationalgeographic.co.id—Studi baru dunia hewan mengungkapkan bahwa gajah memiliki biomekanika yang unik di otot dan kulit belalainya. Otot gajah ternyata bukan satu-satunya cara bagi gajah untuk meregangkan belalainya, kulit gajah yang terlipat juga memainkan peran penting.
Kombinasi otot dan kulit memberikan keserbagunaan pada gajah untuk mengambil vegetasi rapuh dan merobek batang pohon. Temuan ini dapat meningkatkan pemahaman terkait robotika, yang saat ini biasanya dibuat untuk kekuatan atau fleksibilitas yang besar.
Laporan penelitian tersebut telah dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). Publikasi tersebut dapat diperoleh secara daring dengan judul "Skin wrinkles and folds enable asymmetric stretch in the elephant trunk."
Pada penelitian ini, peneliti di Georgia Institute of Technology bekerja sama dengan Zoo Atlanta. Mereka menemukan bahwa kulit gajah tidak meregang secara merata.
Bagian atas belalai lebih fleksibel daripada bagian bawah, dan dua bagian mulai menyimpang ketika gajah mencapai lebih dari 10 persen. Saat meregangkan untuk mengambil makanan atau benda, bagian punggung belalai meluncur lebih jauh ke depan.
Untuk meningkatkan pemahaman mengenai robotika, pemahaman ini penting. Tidak seperti belalai gajah, mesin tidak dapat melakukan keduanya.
Sebagai contoh, penulis studi menunjukkan robotika lunak. Rongganya yang berisi cairan memungkinkan gerakan yang fleksibel tetapi dapat dengan mudah pecah ketika gaya diterapkan.
Para peneliti mengatakan temuan gajah menunjukkan bahwa membungkus robotika lunak dengan struktur seperti kulit dapat memberikan perlindungan dan kekuatan mesin sambil terus memungkinkan fleksibilitas.
"Ketika orang menjulurkan lidahnya, jaringan tanpa tulang berisi otot yang serupa komposisinya dengan belalai gajah, ia membentang secara merata," kata Andrew Schulz, penulis utama studi dan mahasiswa Ph.D. di Sekolah Teknik Mesin George W. Woodruff di Georgia Tech.
"Kami mengharapkan hal yang sama ketika kami menantang seekor gajah untuk meraih makanan." Andrew dan timnya memfilmkan dua gajah sabana Afrika yang meraih kubus dedak dan apel di Kebun Binatang Atlanta.
"Tetapi ketika kami melihat rekaman kamera berkecepatan tinggi kami dan merencanakan pergerakan belalai, kami terkejut. Bagian atas dan bawah berbeda sama sekali," kata Schulz.
Source | : | PNAS,Georgia Tech |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR