Nationalgeographic.co.id—Commodus adalah salah satu dari sekian banyak kaisar Romawi yang unik. Putra Marcus Aurelius ini memiliki kelakuan jauh berbeda dengan sang ayah, bagaikan langit dan bumi. Jika Aurelius dikenal sebagai seorang filsuf, keturunannya ini disebut-sebut sebagai seorang megalomania hedonis. “Di setiap kesempatan, Commudus selalu menunjukkan betapa 'hebatnya' dia,” tutur Jordan Fearn dilansir dari laman History of Yesterday. Kaisar Romawi ini juga suka mengikuti pertandingan gladiator. Bergaya bak Hercules yang dipujanya, apakah kaisar Romawi Commodus adalah gladiator yang tangguh?
Ia sering muncul di arena Colosseum. Dengan mengalahkan musuh di hadapan penduduk Roma, Commodus menyebut dirinya sebagai Hercules baru. Sama seperti pujaannya, ia menganggap dirinya sebagai dewa yang layak ditakuti dan dihormati.
Itu menimbulkan pertanyaan: seberapa hebat penampilan Commodus di arena gladiator? Alih-alih terpukau, apakah orang Romawi terkikik ketika melihatnya berjingkrak-jingkrak di atas pasir. Atau sang kaisar benar-benar perlu ditakuti? Pantaskah Commodus menyatakan dirinya sebagai penerus Hercules?
Kecakapan fisik
Ketika Aurelius masih hidup, Commodus menghabiskan banyak waktunya di front Danubian, sebuah kota prajurit. Berkat contoh yang baik dari sang ayah, Commodus sadar bahwa kepercayaan dan hormat dari legius sangat penting bagi kaisar.
Tidak butuh waktu lama, Commodus pun populer di kalangan prajurit Romawi. Calon kaisar Romawi itu pun menjalani latihan bagai prajurit. Di usianya yang muda, ia memiliki pengalaman langsung terjun di medan perang. “Tidak banyak kaisar Romawi yang memiliki pengalaman ini,” tambah Fearn.
Sebagai seorang olahragawan, ia menikmati balap kereta dan menunggang kuda di waktu luangnya. Kedua jenis olahraga ini membutuhkan kekuatan fisik yang baik. Ia pun diyakini terlibat dalam pertempuran binatang bahkan di luar arena.
“Commodus ingin sekali berperan sebagai kusir di depan umum. Namun di sisi lain, ia malu jika terlihat mengendarai kereta kuda. Tetapi secara pribadi dia terus-menerus melakukannya. Ia juga membunuh binatang buas, baik di tempat umum atau pribadi,” tulis Cassius Dio, sejarawan Romawi.
Cassius Dio juga menulis, “Di hari pertama, Commodus membunuh seratus beruang sendirian, menjatuhkan semuanya dari pagar balkon. Apakah jumlahnya dilebih-lebihkan atau tidak, tidak ada tahu pasti.”
Commodus, yang sering menghabiskan waktu di antara para prajurit, dikatakan sangat kuat secara fisik.
“Begitulah kehebatannya dalam membunuh binatang buas, sehingga dia pernah menikam seekor gajah dengan sebuah galah. Juga menusuk tanduk rusa dengan tombak. Dan pada seribu kesempatan membunuh seekor binatang buas dengan satu pukulan,” tulis Aelius Lampridius, Historia Augusta
Apakah Commodus adalah seorang gladiator yang hebat?
Apakah semua kekuatan dan pengalamannya membuatnya menjadi gladiator yang hebat atau buruk? Semua pengalaman dan catatan sejarah tentang kaisar ini menunjukkan bahwa ia memiliki potensi menjadi baik atau buruk.
Faktanya, Commodus dilatih untuk memiliki keterampilan sebagai seorang prajurit. Dalam banyak hal, ia merupakan orang Romawi yang sangat ideal dalam hal kekuatan fisik.
Apakah kekuatan fisik saja bisa membuat seseorang menjadi gladiator yang hebat?
Cassius Dio berpendapat sebaliknya. Menurutnya, Commodus adalah seorang yang sangat pengecut.
“Pria ini tidak secara alami jahat, tetapi sebaliknya, sama polosnya dengan pria mana pun yang pernah hidup. Namun, kesederhanaannya yang luar biasa, bersama dengan kepengecutannya, membuatnya menjadi budak dari teman-temannya,” tulisnya.
Baca Juga: Tidak Higienis, Orang-orang Romawi Memutihkan Giginya dengan Urin
Baca Juga: Jadi Orang Paling Berkuasa, Bagaimana Kaisar Romawi Bersenang-senang?
Baca Juga: Orang Romawi Menikmati Pertandingan Gladiator sambil Menyantap Camilan
Baca Juga: Tidak Sekadar Melindungi kepala, Helm Gladiator Punya Kegunaan Lain
Baca Juga: Risiko Jadi Kaisar Romawi, Peluang Matinya Lebih Tinggi dari Gladiator
Namun fakta-fakta dari masa Romawi kuno harus dilihat dari sisi lain. Bisa jadi Cassius Dio melebih-lebihkan informasi karena ia memiliki alasan pribadi untuk membenci Commodus.
Sebagai kaisar Romawi, ia memiliki kekuasaan untuk melakukan segala hal yang disukainya. Ia pun bisa membuat lawannya tunduk dan menyerah meski lebih kuat.
Sebelum pertandingan, lawannya akan memiliki anggota badan yang patah atau diberi senjata tumpul. Warga yang kehilangan kaki akan diikat bersama saat ia memukuli mereka sampai mati dengan tongkat.
Secara fisik dan pengalaman, Commodus bisa menjadi gladiator yang baik, bahkan yang luar biasa. Tapi dia terlalu pengecut untuk membiarkan hal itu terjadi.
Banyak olahragawan modern akan berbicara tentang sisi mental olahraga. Commodus adalah contoh sempurna untuk ini. Ia tidak memiliki mentalitas untuk bertarung secara sportif. Pada akhirnya perilaku tidak sportif dan pengecut ini menyebabkan ia dicekik oleh lawan gulatnya Narcissus.
Alih-alih disukai karena kehebatannya, Commodus dicemoohkan dan dibenci warganya.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo