Seorang Profesor Diduga Telah Memecahkan Misteri Kasus Tamam Shud

By Utomo Priyambodo, Jumat, 29 Juli 2022 | 10:00 WIB
'Pria Somerton' dalam kasus Tamam Shud yang identitasnya menjadi misteri selama 73 tahun. (Bletchley/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Seorang profesor dari University of Adelaide mungkin telah memecahkan misteri kasus Tamám Shud atau "Pria Somerton" yang belum terpecahkan selama 73 tahun. Sang profesor menggunakan pengurutan DNA dari sehelai rambut yang ditemukan di topeng kematian pria itu.

Pada tanggal 30 November 1948, beberapa pasangan di pantai Somerton Park di Adelaide, Australia, melihat seorang pria tak dikenal mengenakan setelan jas merosot ke dinding dalam posisi yang tidak biasa. Gerakannya tampak mabuk bagi satu pasangan yang menyaksikannya, sementara pasangan lain percaya dia sedang tidur.

Keesokan paginya salah satu saksi kembali ke pantai dan pria itu masih membungkuk di posisi yang sama. Kali ini, saksi John Lyons melihat lebih dekat dan menemukan dia sudah meninggal. Polisi memastikan bahwa dia telah meninggal pagi itu, sekitar pukul 2 pagi.

Menemukan mayat di pantai bukanlah hal yang aneh. Menemukan banyak kaki manusia terdampar di pantai selama beberapa dekade bahkan dapat memiliki penjelasan yang logis. Tetapi ketika lebih banyak detail mengenai kematian pria itu terkuak, justru semakin aneh kasusnya.

Salah satu detailnya, pria itu – diperkirakan berusia empat puluhan – menunjukkan tanda-tanda keracunan. Limpanya membesar dan hatinya bengkak karena darah.

Di perutnya, ahli patologi menemukan lebih banyak darah, menunjukkan bahwa pria itu telah diracuni. Namun, sebagaimana ditulis IFLScience, tes yang diulang beberapa kali tidak menemukan bukti adanya racun yang diketahui.

Darah menggenang di bagian belakang kepalanya menunjukkan mayatnya telah berbaring telentang selama beberapa waktu, sebelum disangga ketika dia ditemukan. Ada pula sebatang rokok ditemukan di kerahnya seolah-olah itu jatuh dari mulutnya.

Keanehan atau keasingan juga menyelimuti pakaian pria itu. Semua label pakaiannya telah dipotong, dan tidak ada identitas pria yang dapat ditemukan pada tubuhnya. Label pakaiannya telah dipotong dengan rapi –kecuali satu di saku celananya, yang telah diperbaiki dengan rapi dengan benang oranye yang tidak biasa.

Tanpa petunjuk, pencarian ekstensif untuk barang-barangnya terjadi pada Januari tahun berikutnya, akhirnya menemukan sebuah koper yang diduga milik pria itu. Di dalamnya ada pakaian, berlabel Kean dan T. Keane (tidak ada orang hilang dengan nama ini). Ada pula beberapa barang lain dan benang oranye yang cocok dengan benang yang digunakan untuk memperbaiki celana pria tak dikenal itu.

Satu-satunya petunjuk tambahan yang tim penyelidik peroleh dari koper itu adalah bahwa pria itu memiliki mantel yang telah dijahit dengan jahitan bulu yang digunakan di Amerika, tetapi tidak di Australia. Petunjuk ini juga membawa jalan buntu ketika mereka berusaha mengidentifikasi dia menggunakan catatan imigrasi.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang terhadap tubuhny. Ahli patologi John Cleland kemudian menemukan sebuah saku kecil yang dijahit di pinggangnya, berisi secarik kertas kecil dengan kata-kata "Tamám Shud". Ini adalah kata-kata dalam bahasa Persia yang memiliki arti "sudah berakhir".

Ungkapan itu diidentifikasi sebagai kata-kata terakhir dari sebuah buku populer pada saat itu, Rubaiyat Omar Khayyam. Tanpa petunjuk lain, polisi sekarang mencari buku yang diambil dari dua kata ini.