Penemuan Koin Zodiak yang Dicetak di Alexandria oleh Kaisar Romawi

By Ricky Jenihansen, Selasa, 2 Agustus 2022 | 08:00 WIB
Koin zodiak berusia 1.850 tahun (Dafna Gazit)

Nationalgeographic.co.id—Ahli numismatik dari Israel Antiquities Authority (IAA) melaporkan telah menemukan koin zodiak langka. Menurut para arkeolog, koin perunggu ini dicetak di mint Alexandria di Mesir oleh kaisar Romawi Antoninus Pius (138-161 M).

Koin perunggu ini berusia 1.850 tahun dan ditemukan di dasar laut dekat pantai Carmel. "Ini adalah pertama kalinya koin semacam itu ditemukan di lepas pantai," kata Jacob Sharvit, direktur Unit Arkeologi Maritim IAA, dalam sebuah pernyataan.

Koin itu dicetak pada masa pemerintahan Kaisar Antoninus Pius, antara tahun 138 dan 161 M. Antoninus Pius memerintah setelah Kaisar Hadrian, yang mencoba untuk membasmi orang-orang Yahudi dan meromanisasi orang-orang di provinsi Yudea, menurut Britannica.

Misalnya, Hadrian menjual tahanan Yahudi sebagai budak, melarang pengajaran Taurat dan memberi provinsi Yudea nama baru, yaitu Syria Palestina. Kondisi membaik bagi orang-orang Yahudi di bawah pemerintahan Antoninus Pius.

The Jerusalem Post melaporkan bahwa Antoninus Pius hanya membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk mencabut dekrit yang menargetkan orang-orang Yahudi.

Kemudian, menurut Sharvit, pantai dan perairan Mediterania telah menghasilkan banyak situs arkeologi. Temuan ini membuktikan hubungan di zaman kuno antara pelabuhan Mediterania dan negara-negara di sepanjang itu.

"Temuan ini, yang hilang di laut dan menghilang dari pandangan selama ratusan dan ribuan tahun, telah terawetkan dengan sangat baik," kata Sharvit.

Bagian depan koin zodiak berusia 1.850 tahun. (Dafna Gazit)

"Beberapa sangat langka dan penemuan mereka melengkapi bagian dari teka-teki sejarah masa lalu negara itu."

Koin itu bertuliskan tanggal 'Tahun Kedelapan', tahun kedelapan pemerintahan Antoninus Pius (144/145 M). Kebalikannya menggambarkan dewi bulan Romawi Luna dan tanda zodiak Cancer.

"Dalam mitologi Romawi kuno, Luna adalah dewa yang mewakili bulan dan dia paling dikenal karena mengenakan bulan sabit sebagai mahkota dan mengendarai keretanya saat dia melemparkan kegelapan malam," kata para arkeolog.

"Dia adalah rekan perempuan dari saudaranya Sol, personifikasi Matahari."

Koin itu merupakan salah satu dari tiga belas seri koin Romawi. Dua belas lainnya menggambarkan tanda-tanda zodiak yang berbeda dan satu lagi roda zodiak lengkap.

Koin itu sendiri telah berubah sebagian menjadi hijau selama berabad-abad. Itu karena perunggu terbuat dari timah dan tembaga, dan ketika tembaga terkena oksigen dan air, ia membentuk lapisan oksida.

Lapisan ini menjadi lebih tebal dari waktu ke waktu. Sampai tembaga di bawah lapisan tidak lagi terkena udara dan tidak dapat bereaksi lagi.

"Seiring film oksida matang dan tumbuh lebih banyak warna, itu akan mulai berubah, mulai dari kuning-merah, biru dan warna kehijauan," Paul Frail, seorang insinyur senior yang maju dalam perawatan korosi dengan Suez Water Technologies and Solutions di Pennsylvania, mengatakan kepada Live Science.

Jacob Sharvit, direktur IAA, memegang koin Luna. (Yaniv Berman)

Temuan ini, menurut Sharvit, koin yang hilang di laut dan menghilang dari pandangan selama ratusan dan ribuan tahun. Telah terawetkan dengan sangat baik.

Temuan ini sangat langka dan penemuan mereka melengkapi bagian dari teka-teki sejarah masa lalu negara itu.

"Menariknya, penguasa yang mencetak koin, Antoninus Pius, adalah seorang kaisar Romawi yang memerintah antara 138 dan 161 M," kata para peneliti.

"Tidak seperti pendahulunya, dia bukan orang militer dan tidak pernah berpartisipasi dalam pertempuran."

Menurut peneliti, pemerintahan Antoninus Pius adalah yang paling tenang selama seluruh Kekaisaran Romawi. Pemerintahannya menandai puncak periode 'perdamaian Romawi' (Pax Romana) di seluruh kekaisaran.

"Antoninus memiliki pendekatan yang berbeda untuk menjalankan Kekaisaran Romawi, lebih memilih untuk menangani krisis asing melalui gubernur provinsi. Faktanya, dia tidak pernah meninggalkan Roma sendiri," jelas peneliti.

Dia mendorong dan memprakarsai pembangunan kuil, peneliti melanjutkan. Kemudian teater dan makam megah serta mempromosikan sains dan filsafat.

"Selama pemerintahannya, hubungan kekaisaran dengan orang-orang Yahudi sangat meningkat, dekrit Hadrian dicabut, dan orang-orang Yahudi diizinkan untuk mempraktekkan sunat," peneliti menjelaskan.

"Langkah-langkah ini mengarah pada hubungan damai antara kaisar dan Rabi Yehuda ha-Nasi."

    

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo