Karena Hoax, Bangsa Romawi Diperintah oleh Kaisar selama 400 Tahun

By Sysilia Tanhati, Senin, 1 Agustus 2022 | 15:00 WIB
Hoax rupanya bukan hal baru. Praktik ini sudah dilakukan sejak zaman kuno. Karena hoax, Romawi diperintah oleh kaisar selama 400 tahun ke depan. (Francisco Maura y Montaner)

Nationalgeographic.co.id—Hidup di era internet, kita tidak asing lagi dengan yang namanya hoax atau berita palsu. Namun ternyata itu bukan fenomena baru yang sering kita temukan di zaman modern saja. Sepanjang sejarah, ada banyak contoh orang-orang terkenal yang mengungkapkan kebenaran. Tidak sedikit yang juga membuat berita palsu tentang saingan atau kesuksesan mereka. Salah satu contoh yang paling luar biasa dari hoax menyebabkan munculnya Kaisar Romawi pertama: Augustus. Karena hoax, Romawi diperintah oleh kaisar selama 400 tahun ke depan.

Terkadang efek dari kebohongan ini kecil atau hilang dalam satu atau dua tahun. Namun, dalam beberapa kasus penting, perubahan yang dihasilkan dapat bertahan jauh lebih lama. Bahkan benar-benar mengubah masyarakat atau peradaban.

Kematian Julius Caesar menyebabkan kesenjangan kekuasaan

Keberhasilan Julius Caesar dalam menaklukkan banyak wilayah membuat musuh-musuhnya gelisah. Pengangkatan dirinya sebagai diktator memicu pembunuhannya yang fenomenal.

Kematiannya menyebabkan kekosongan kekuasaan. Bisa dibayangkan, para elit politik saling berlomba untuk mengisi “kursi panas” itu.

Setelah kematian Julius Caesar, terbentuklah Triumvirat baru. Kelompok ini beranggotakan Marcus Antonius (Mark Antony), Gaius Julius Caesar Octavianus (Octavianus), dan Marcus Aemilius Lepidus.

Antony dan Octavianus (segera menjadi Kaisar Augustus) mengira bahwa mereka adalah penguasa Romawi yang sah. Antony menjadi tangan kanan Julius Caesar selama bertahun-tahun, tetapi Octavianus adalah cucu keponakan Julius Caesar dan ahli warisnya.

Setelah mengalahkan banyak konspirator yang tersisa yang membunuh Julius Caesar, Kekaisaran dibagi antara tiga serangkai itu. Lepidus memegang kendali atas Afrika tetapi segera dikesampingkan dan dipaksa untuk pensiun. Antony memerintah di timur, dan Octavianus memerintah di barat. Yang terpenting, Antony pergi ke Mesir, dan Octavianus tinggal di Roma.

Meskipun ia menikah dengan seorang bangsawan Romawi bernama Fulvia, Antony berselingkuh dengan Cleopatra di Mesir. Hubungan segera memburuk antara Antony dan Octavianus. Ketika Fulvia meninggal karena sakit mendadak, Antony menikahi saudara perempuan Octavianus, Octavia. Ini merupakan upaya keduanya untuk memperbaiki keadaan. Namun, di sisi lain, Antony tetap berhubungan dengan Cleopatra.

Cleopatra, seorang ratu Mesir Kuno terakhir yang terkenal dengan kecantikannya. (Julien Pepy)

Octavianus semakin marah dan khawatir dengan situasi tersebut. Bukan hanya Antony yang tidak menghormati Octavia, tetapi legitimasinya sebagai pewaris Julius Caesar terancam. Bertahun-tahun sebelumnya, Cleopatra berselingkuh dengan Caesar dan telah melahirkan seorang putra, Caesarion, yang diakui sebagai pewaris namanya.

Antony menolak untuk kembali ke Roma dan terus menghindari Octavia. “Antony dan Cleopatra jarang meninggalkan sisi satu sama lain,” tutur Jason Ward di laman History of Yesterday. Pada tahun 33 Sebelum Masehi, Triumvirat pun bubar.

Antony kemudian menceraikan Octavia, dan selama 33 dan 32 Sebelum Masehi, perang propaganda pun dimulai.

Octavianus menggunakan hoax untuk mendiskreditkan Antony

Berita dan tuduhan palsu bertebaran di antara keduanya sebagai upaya untuk merebut kekuasaan tertinggi.

Antony menuduh Octavianus sebagai pemula muda yang merebut kekuasaan. Ia juga mengeklaim Octavianus memalsukan surat adopsi yang diterbitkan setelah kematian Caesar.

Octavianus mengatakan Antony bersalah atas pengkhianatan karena secara ilegal menjaga provinsi. Dia juga menunjukkan bahwa Antony telah memulai banyak perang asing tanpa izin senat.

Ketika keadaan menjadi semakin sengit, kedua pria itu menggunakan cercaan, pidato, dan bahkan puisi terhadap satu sama lain. “Octavianus terbukti lebih piawai dalam hal ini,” imbuh Ward. Berada di Roma menjadi keuntungan besar baginya, ia pun dapat dengan leluasa memengaruhi warga Roma.

Pesan negatif ditorehkan pada koin dan disebarkan ke penjuru negeri

Octavianus menggunakan berbagai taktik melawan musuhnya. Ia bahkan menulis pesan negatif singkat tentang Antony sambil memainkan kekuatannya sendiri. Bagai cuitan Twitter di zaman modern, pesan negatifnya ditulis pada koin. Otomatis ini dapat dengan mudah beredar ke penjuru negeri.

Cerita yang disebarkan adalah bahwa Antony telah jatuh di bawah kekuasaan Cleopatra dan tidak bisa lagi dipercaya. Dia menggambarkan Antony sebagai orang biasa yang mudah dituntun oleh kecintaannya pada minuman dan seks.

Masalah dengan semua tuduhan ini adalah sebagian besar akurat. Ini juga jadi salah alasan mengapa Antony begitu populer di kalangan prajuritnya. Mereka mengaguminya karena itu.

Octavianus juga populer dengan pasukannya sendiri, banyak di antaranya telah berjuang untuk pamannya. Dia berharap lebih banyak tentara akan membelot ke sisinya. Namun ketika itu tidak berhasil, dia mengalihkan retorikanya kepada orang-orang Roma.

Di sisi lain, kontaminasi koloni juga memengaruhi nilai-nilai tradisional Romawi. Octavianus mengambil kesempatan ini. Ia menyalakan api nasionalisme dan menyalahkan orang asing atas penyakit sosial.

Lagi-lagi Antony dijadikan kambing hitam. Oleh Octavianus, ia digambarkan sebagai seseorang yang jatuh cinta pada orang barbar dan menjadi salah satu dari mereka. Antony tidak bisa lagi dipercaya. Seperti kebanyakan orang Italia pada saat itu, Octavianus menganggap budaya Mesir asing dan tidak dapat dipercaya.

Antony turut menyebarkan berita palsu

Sementara itu, Antony menuduh Octavianus melanggar berbagai janji. Ia bahkan menyebarkan desas-desus tentang pelecehan seksual antara Octavianus dan pamannya Julius Caesar.

Akhirnya, Octavianus memenangkan perang propaganda. Ia populer di antara masyarakat, sebagian terbantu oleh popularitas pamannya, tetapi juga karena dirinya sendiri. Senat dan aristokrasi Romawi meragukan semua klaim dan cerita yang berkaitan dengan saingannya. Namun, mereka lebih memilih untuk percaya pada Octavianus daripada Antony.

Masalah yang sekarang dihadapi Octavianus adalah bahwa perang apa pun dengan Antony mungkin dianggap tidak konstitusional. Jika dia menyerang, itu akan melawan warga Roma. Ini bisa digunakan untuk melawannya suatu hari nanti.

Antony hampir kehilangan semua kredibilitas di Roma berkat langkah licik Octavianus.

Octavianus secara ilegal mendapatkan surat wasiat Antony dan membacanya ke Senat

Octavianus perlu melakukan langkah terakhir yang membuatnya mencapai kekuasaan dan mengalahkan Antony. Ia pun membuat surat wasiat palsu.

Surat wasiat Antony ditinggalkan di Kuil Vesta, dan ketika Octavianus menuntutnya dari Perawan Vesta, mereka menolak. Namun, mereka juga menyebutkan bahwa jika dia mengambilnya begitu saja, mereka tidak akan menghentikannya. Jadi, Octavianus mengambilnya dan segera setelah itu, membacanya di depan Senat. Dia kemudian mengirim isi surat wasiat ke seluruh penjuru kekaisaran.

Dokumen itu sangat kontroversial dan mendukung klaim dan tuduhan Octavianus. Fakta bahwa surat wasiat itu mungkin palsu tidak lagi penting karena kerusakan telah terjadi.

Dalam wasiat tersebut, Antony menamai anak-anaknya dan Cleopatra sebagai ahli warisnya. Lebih buruk lagi, dia mengatakan bahwa jika dia mati di Roma, dia ingin tubuhnya dikirim ke Alexandria. Octavianus mengeklaim ini menunjukkan Antony bukan lagi orang Romawi. Calon kaisar masa depan itu menegaskan bahwa Antony ingin memindahkan ibu kota dari Roma ke Alexandria.

     

Baca Juga: Orang Romawi Suka Makan sambil Berbaring, Apakah Tidak Takut Tersedak?

Baca Juga: Bak Hercules, Apakah Kaisar Romawi Commodus adalah Gladiator Tangguh?

Baca Juga: Melihat Kediaman Kaisar Hadrian yang Luasnya Melebihi Kota Pompeii

Baca Juga: Vespasianus, Kaisar Romawi nan Jenaka yang Menarik Pajak Urine

           

Setelah menetapkan bahwa Antony bukan lagi orang Romawi, Octavianus bebas memulai konflik dengannya. “Meski begitu, dia bermain aman untuk menghindari tanda-tanda perang saudara,” tambah Ward. Alih-alih langsung menyerang saingannya, ia menyatakan perang terhadap Mesir dan timur. Senat mencabut hak Antony untuk memimpin tentara Romawi dan secara efektif menjadikannya sebagai seorang pengkhianat.

Pasukan Romawi di bawah Octavianus bertemu dengan pasukan Antony dan Cleopatra di laut. Dalam Pertempuran Actium pada 31 Sebelum Masehi, Octavianus menang melawan pasangan itu.

Hoax yang mengubah peradaban

Setelah Actium, Octavianus menginvasi Mesir dan mengambil alih. Antony menerima kabar bahwa kekasihnya membuat perjanjian dengan Octavianus untuk menyelamatkan dirinya dan anak-anaknya lalu bunuh diri. Dalam tradisi orang Romawi yang sejati, Antony pun berusaha bunuh diri dengan pedangnya.

Secara halus dan tidak disadari, Kaisar Augustus merubah Romawi dari republik menjadi kekaisaran. (After Titian)

Rupanya Antony mendapatkan berita palsu. Upaya bunuh dirinya gagal dan ia pun dibawa ke tempat persembunyian Cleopatra dalam keadaan luka parah. Ia mati di pelukan sang ratu Mesir. Menyadari tidak punya harapan lagi, Cleopatra memilih untuk mengambil nyawanya sendiri daripada menunggu dan ditangkap oleh penjajah. Menurut legenda, dia melakukan ini dengan membiarkan dirinya digigit ular kobra.

Octavianus menang dan menguasai semua Mediterania. Dia telah menyatukan Romawi. Berganti nama menjadi Caesar Augustus, pada 27 Sebelum Masehi, ia menjadi Kaisar Romawi pertama. Pemerintahannya panjang, efektif, dan berhasil. Ia berhasil menciptakan masa damai bagi orang Romawi yang berlangsung selama beberapa abad.

Penggunaan propaganda dan hoax oleh Octavianus bukanlah yang pertama dalam sejarah dan tentu saja bukan yang terakhir. Namun, dampaknya dalam membentuk dunia kuno masih terasa sampai sekarang.