Maskulinitas Rambut Panjang Pria Sparta Menjelang Peperangan

By Galih Pranata, Selasa, 2 Agustus 2022 | 14:00 WIB
Michael Fassbender dalam film 300 (2006) yang bermain peran sebagai prajurit Sparta, Stelios dengan keindahan rambut panjangnya. (300/IMDb)

Nationalgeographic.co.idDi Yunani kuno, rambut merupakan indikator penting dari kelas dan tempat asal. Khususnya, pria Sparta yang dikenal karena rambut panjangnya yang tergerai.

"Pria Sparta dikenal sangat merawat rambut mereka, terutama sebelum perang," tulis Anna Wichmann kepada Greek Reporter dalam artikel berjudul Why Spartan Men Had Long Hair terbit pada 20 Februari 2022.

Pada abad keenam SM, rambut panjang umum di antara kebanyakan pria di Yunani, bukan hanya Sparta. Tetapi pada abad kelima, sebagian besar pria non-Sparta di Yunani kuno mulai membiarkan rambut mereka menjadi lebih panjang.

Pria dan wanita di Athena sering mengikat rambut mereka dalam simpul, yang diikat dengan jepitan emas yang terlihat seperti belalang, disebut tettix.

Setelah berakhirnya Perang Persia yang berlangsung hingga 449 SM, banyak pria di seluruh Yunani mulai memotong pendek rambut mereka. Rambut pendek dianggap lebih maskulin dan berbeda dari orang Persia yang berambut panjang.

Tangguh dan disegani di dunia kuno, ternyata tidak mudah jadi orang Sparta. Serangkaian tradisi dan aturan agar jadi yang terkuat justru menyulitkan mereka. (Jean-Jacques-François Le Barbier)

Sparta, bagaimanapun, terus menjaga rambut mereka panjang, dan pria non-Sparta di seluruh Yunani yang bersimpati kepada prajurit kuno yang terkenal juga memakai rambut panjang.

Dalam menceritakan Pertempuran Thermopylae, Herodotus menggambarkan adegan terkenal di mana mata-mata Persia mendekati kamp Sparta untuk mendapatkan informasi penting untuk menyampaikan ke atasannya.

Saat memata-matai, tentara Persia itu melihat pemandangan yang tidak terduga—ketika beberapa pria sedang berolahraga, banyak yang menyisir dan merawat rambut panjang mereka.

Ketika dia menyampaikan informasi ini kepada raja Persia, Xerxes, pemimpin itu menganggapnya sebagai cerita lucu. Xerxes percaya bahwa pasukannya tidak akan kesulitan membantai orang-orang lucu seperti itu (Sparta).

     

Baca Juga: Orang Romawi Suka Makan sambil Berbaring, Apakah Tidak Takut Tersedak?