Kontroversi Moralitas Kedai Kopi di Awal Kekaisaran Utsmaniyah

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 6 Agustus 2022 | 08:00 WIB
Bentuk awal kedai kopi dimulai di era Kekaisaran Utsmaniyah, kedai kopi ternyata telah menimbulkan banyak perdebatan dan kontroversi moralitas. (Hurriyet Daily)

 Baca Juga: Suleiman I dari Utsmaniyah, Pengaruhnya bagi Eropa dan Nusantara

 Baca Juga: Konstantinopel Berubah Jadi Istanbul Bukan Saat Direbut Sultan Ottoman

 Baca Juga: Tradisi Ottoman dalam Merayakan Akhir Ramadan dan Momen Lebaran

Kedai kopi awal adalah perusahaan yang kontroversial. "Pembentukan, normalisasi, dan legalisasi situs semacam itu untuk kesenangan transgresif kontroversial karena moralitas agama formal [Islam] menganggapnya sebagai dosa dan ilegal. Dengan demikian, mereka berulang kali dilarang oleh negara," kata peneliti.

Namun, kedai kopi terus berkembang. Dan pada abad keenam belas dan ketujuh belas, masyarakat Utsmaniyah dari semua lapisan masyarakat bertemu untuk minum kopi, bersosialisasi, hingga berdiskusi sastra.

Kedai kopi menarik pelanggan lebih dari sekedar menyediakan kopi. (Amadeo Preziosi)

Wacana yang muncul di kedai kopi seringkali menantang otoritas negara dan agama serta membawa perubahan di masyarakat.

"Secara bersamaan, konsumen Utsmaniyah baru, yang menolak aturan negara dan agama, secara aktif membangun etika diri sendiri, dan mengambil bagian dalam pembentukan budaya kedai kopi, juga terbentuk," peneliti melanjutkan.

"Temuan kami menunjukkan bahwa perlawanan multipartai, yang dilakukan oleh konsumen dan pemasar, pertama-tama menantang otoritas negara dan agama dan kemudian mengubahnya."

Menurut peneliti, jelas, konteks di era Utsmaniyah modern awal sangat berbeda dari sistem kapitalis modern mana pun.

"Kami membahas implikasi dari sentralitas hedonisme transgresif dalam proses ini, serta keberadaan konsumen aktif dalam konteks modern awal," kata peneliti.

"Tetapi konsumen aktif mungkin bukan fenomena baru atau bahkan kronologis seperti yang dipikirkan banyak peneliti konsumen."