Dunia Hewan: Mengapa Beberapa Burung Lebih Cerdas Daripada yang Lain?

By Wawan Setiawan, Sabtu, 6 Agustus 2022 | 10:00 WIB
Potret kakatua yang indah. Para ilmuwan telah lama bertanya-tanya mengapa spesies burung tertentu lebih inovatif daripada yang lainnya? (Seregraff/Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id - Jika Anda pernah melihat seekor grackle (burung penyanyi dari keluarga burung hitam Amerika) mencuri pelet anjing Anda atau burung jalak membuka kantong sampah. Maka Anda akan merasakan bahwa beberapa burung telah belajar memanfaatkan peluang makan baru. Ini jelas menunjukkan adanya tanda dari kecerdasan mereka.

Burung beo dan kakaktua sangatlah cerdas. Burung gagak juga sangat pintar. Magpies, macaw, jay, dan parkit, semuanya burung yang brilian. Akan tetapi bagaimana hewan-hewan ini begitu pintar ketika otak mereka relatif kecil? Lagi pula, bukankah otak kita yang besar dibandingkan dengan ukuran tubuh kita yang membuat kita menjadi manusia yang luar biasa pintar? Ternyata, belum tentu.

Para ilmuwan telah lama bertanya-tanya mengapa spesies burung tertentu lebih inovatif daripada yang lainnya. Apakah kapasitas ini berasal dari otak yang lebih besar (yang secara intuitif tampaknya mungkin) atau dari jumlah neuron yang lebih banyak di area otak tertentu. Ternyata itu sedikit dari keduanya.

Menurut sebuah studi baru-baru ini oleh tim internasional yang melibatkan anggota dari Universitas McGill, menemukan bahwa ukuran otak hanyalah sebagian dari jawaban. Lebih banyak neuron di tempat yang tepat terkait dengan kecerdasan yang lebih besar pada burung. Hasil studi ini telah diterbitkan di jurnal Nature Ecology and Evolution pada 11 Juli 2022 dengan judul "Neuron numbers link innovativeness with both absolute and relative brain size in birds".

Para peneliti menggunakan teknik baru dalam studi mereka. Teknik ini dapat memperkirakan jumlah neuron di bagian tertentu dari otak yang disebut pallium pada 111 spesies burung. Pallium pada burung setara dengan korteks serebral manusia. Antara lain terlibat dalam memori, pembelajaran, penalaran, dan pemecahan masalah. Perkiraan jumlah neuron di pallium ini ketika digabungkan dengan informasi tentang lebih dari 4.000 inovasi mencari makan. Saat itulah tim menemukan bahwa spesies dengan jumlah neuron yang lebih tinggi di pallium juga cenderung menjadi yang paling inovatif.

Namun, bukan hanya itu yang para peneliti temukan, ada faktor lainnya yang mendukung. Waktu pengembangan yang lebih lama di sarang juga merupakan faktor kunci lainnya.

Burung Bullfinch Barbados sedang membawa paket gula. (Louis Lefebvre)

"Jumlah waktu yang dihabiskan burung muda di sarang saat otak mereka berkembang mungkin juga memainkan peran penting dalam evolusi kecerdasan," kata Profesor Emeritus Universitas McGill Louis Lefebvre yang menghabiskan lebih dari 20 tahun mengumpulkan contoh-contoh inovasi mencari makan. "Spesies burung gagak dan burung beo yang lebih besar, yang dikenal karena kecerdasannya, menghabiskan waktu lebih lama di sarangnya. Sehingga ini memungkinkan lebih banyak waktu bagi otak untuk tumbuh dan mengumpulkan neuron pallial."

 Baca Juga: Indonesia Menghadapi Ancaman Kepunahan Burung Tertinggi di Dunia

 Baca Juga: Dunia Hewan: Selidik Kepala Burung Pelatuk yang Berfungsi Seperti Palu

 Baca Juga: Gerak Medan Magnet Bumi Kian Cepat, Bagaimana Burung Migrasi Pulang?

Sebuah studi sebelumnya juga dilakukan oleh peneliti University of Alberta menganalisis otak 98 burung. Bahkan dimulai dari ayam hingga burung beo. Mereka menemukan bahwa burung memiliki inti spiriform medial (SpM), yang mengedarkan informasi antara korteks dan otak kecil. "Lingkaran antara korteks dan otak kecil ini penting untuk perencanaan dan pelaksanaan perilaku canggih," kata Doug Wylie, profesor psikologi dan rekan penulis studi tersebut. Hasil studi diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports pada 1 Juli 2018.

Dari semua burung, burung beo tampaknya paling unggul dalam hal kecerdasan. Para ilmuwan menganalisis ukuran SpM burung dibandingkan dengan bagian otak lainnya dan mengetahui bahwa burung beo memiliki SpM yang lebih besar dibandingkan yang lain. "Secara independen, burung beo telah mengembangkan area yang diperbesar yang menghubungkan korteks dan otak kecil, mirip dengan primata," kata Cristian Gutierrez-Ibanez, rekan postdoctoral di University of Alberta. "Ini adalah contoh menarik lainnya dari konvergensi antara burung beo dan primata. Ini dimulai dengan perilaku canggih, seperti penggunaan alat dan kesadaran diri. Juga dapat dilihat di otak. Semakin banyak kita melihat otak, semakin banyak kesamaan yang kita lihat."

Hasil penelitian ini membantu untuk mendamaikan pandangan yang sebelumnya bertentangan tentang evolusi dan signifikansi ukuran otak. Ini juga menunjukkan bagaimana perspektif sejarah kehidupan membantu untuk memahami evolusi kognisi.