Tato Polinesia sebagai Kanvas Komunikasi Budaya Antar Generasi

By Sysilia Tanhati, Senin, 8 Agustus 2022 | 16:00 WIB
Bukan sekedar gambar di permukaan kulit, tato memiliki makna mendalam. Di Polinesia, tato menjadi kanvas komunikasi budaya antar generasi. (Thomas Andrew)

“Setiap tato yang saya buat membutuhkan waktu tiga tahun. Dimulai ketika saya memikirkannya hingga menemukan seniman yang tepat,” kata Tahiarii Yoram Pariente, seorang budayawan Polinesia.

Rasa sakit dan simbolisme dalam proses tato sangat internal. Apa yang dirasakan atau dilihat belum tentu sama dengan orang lain. Orang tidak secara otomatis memahami cerita Anda hanya dengan melihat tato Anda.

Tato sebagai komunikasi budaya

Pada zaman kuno, praktik budaya Polinesia diturunkan secara lisan. Selain itu, tato juga berperan dalam transfer pengetahuan dengan tubuh sebagai kanvas.

“Secara tradisional, tatau berfungsi sebagai tanda pengenal atau peringkat sosial, melacak silsilah keluarga, dan mewakili tonggak penting,” kata Samuela kepada Robinson. Orang tua Samuela berasal dari Polinesia Prancis, ibunya dari rantai pulau Marquesas dan ayahnya dari pulau Tahiti.

“Tergantung dari kepulauan tempat Anda berasal, tatau dipraktikkan secara berbeda dan simbol memiliki arti yang berbeda,” tutur Samuela. Misalnya, orang yang tinggal di pulau dengan pegunungan atau atol dengan hanya pohon kelapa. Mereka menggunakan simbol bumi yang berbeda berdasarkan pengalamannya sendiri.

Di banyak pulau Pasifik, praktik budaya tradisional tidak dianjurkan dan langsung dilarang sejak awal kontak Barat. “Tato sering dilakukan untuk menentang kekuatan kolonial. Jadi itu adalah salah satu hal pertama yang coba ditekan oleh pria kulit putih,” kata Tricia Allen, penulis The Polynesian Tattoo Today.

Sementara dalam beberapa dekade terakhir penduduk Kepulauan Pasifik menghidupkan kembali banyak seni tradisionalnya. Bangga dengan warisan budaya, dapat dimengerti mengapa tato bisa menjadi topik sensitif bagi masyarakat adat.

Memaknai perbedaan tato tradisional dan modern

Sebaiknya, seseorang memahami dulu bahwa selalu ada makna dan cerita di balik tato Polinesia. “Tato adalah bagian dari hidup kita. Ini budaya dan bukan mode,” kata Samuela.

Semua pertimbangan itu pada akhirnya bermuara pada menghormati keinginan masyarakat adat. Banyak dari budaya ini hidup dan berkembang. Jika mereka percaya bahwa elemen seni tertentu harus dibiarkan sendiri, kepercayaan itu harus dihormati.

“Orang-orang tidak menyadari perbedaan utama antara tato tradisional dan tato modern adalah budaya. Tato tradisional adalah tanda kesesuaian dengan norma budaya seseorang,” kata Allen. Ini sangat berbeda dari budaya Barat, di mana tato umumnya menandai individualitas.