Nationalgeographic.co.id—Ptolemy XII dari Dinasti Ptolomeus di Mesir menuju ajalnya. Ia mangkat di tahun 51 SM dan meninggalkan takhtanya, peradaban Mesir Kuno di tangan bocah berumur 12 Tahun.
Menurut tulisan Evan Andrews kepada History, Ptolemy XIII—pewaris takhta—menjadi firaun muda di usianya sekira 11 atau 12 tahun di tahun 51 SM. Evan menulisnya dalam artikel berjudul "6 Child Monarchs Who Changed History", terbit pada 22 Agustus 2018.
Namun, perjalanannya menjadi firaun tidaklah mudah. Ia bukan satu-satunya pewaris takhta, mengingat Ptolemy XIII memiliki kakak perempuan, Cleopatra VII. Ptolemy XIII selain anak laki-laki yang laik meraih tampuk kekuasaan, ia juga dianggap luwes dalam berorganisasi.
"Penunjukan ini hanya meruncingkan kedua kubu antara Cleopatra VII dengan Ptolemy XIII," tulis Evan Andrews. Konflik internal sempat berlangsung di Mesir Kuno setelah mangkatnya firaun, Ptolemy XII.
"Cleopatra cemburu dengan peningkatan selebritas Ptolemy XIII, di mana pada 48 SM Ptolemy telah memicu perang saudara setelah dia berkomplot dengan anggota pengadilan yang berpengaruh," terusnya.
Ptolemy XIII juga bersekutu dengan pemimpin Romawi Pompey, yang saat itu berperang dengan Julius Caesar. Hal tersebut menyudutkan Cleopatra VII, membuatnya terasing, terusir dari tanah kelahirannya.
Ketika kubu Romawi Pompey dikalahkan oleh pasukan Caesar, mereka tiba di Mesir untuk mencari perlindungan. Sang firaun cilik itu menyuruh pengawalnya untuk membunuh pasukan Pompey dalam upaya untuk mengesankan Caesar.
Baca Juga: Parfum Cleopatra Telah Diciptakan Kembali oleh Ilmuwan, Baunya Pedas!
Baca Juga: Apakah Kaisar Romawi Julius Caesar Hancurkan Perpustakaan Aleksandria?
Baca Juga: Narmer atau Menes, Firaun Pertama Yang Berhasil Menyatukan Mesir
Ptolemy XIII yang kala itu sudah berusia 15 tahun, berusaha mengambil hati Julius Caesar agar mendukungnya mengusir kakak perempuannya, Cleopatra VII.
Agaknya, rencana tersebut terbukti tidak berhasil, dan setelah tiba di Mesir, Caesar malah memaksa sang firaun cilik itu untuk berdamai dengan saudara perempuannya. Karena tidak senang dengan respon Caesar, Ptolemy bersikeras untuk berperang melawan Romawi.