Nationalgeographic.co.id—Cleopatra diyakni menggunakan sesuatu menyerupai parfum untuk membuat Julius Caesar dan Marc Antony jatuh cinta padanya. Yang menarik, baru-baru ini parfum tersebut telah direkonstruksi dengan menggunakan kombinasi resep sejarah, analisis kimia—dan coba-coba.
Orang-orang lain mungkin merenungkan bagaimana keadaannya jika parfum Cleopatra sedikit kurang menarik, apakah kedua pria perkasa di dunia kuno itu tetap jatuh cinta padanya. Jikapun pertanyaan itu tidak terjawab, setidaknya kita sekarang bisa merasakan seperti apa aroma parfum itu.
Mesir terkenal di dunia kuno karena aroma yang dihasilkannya. Pada masa Cleopatra VII, orang-orang Mesir kuno telah berlatih setidaknya selama 3.000 tahun dan telah menjadi lebih baik dalam seni aroma tersebut.
Tak lama setelah kematian Cleopatra, sebuah buku muncul tentang resep yang dikaitkan dengan kerajaannya. Dan 2.000 tahun kemudian, para ilmuwan telah berusaha untuk mereplikasi proses serta bahan-bahan tersebut dan melaporkan hasil riset mereka di jurnal Near Eastern Archaeology.
"Dasar untuk parfum dan salep [Mesir] adalah minyak nabati atau lemak hewani daripada alkohol modern kita," catatan makalah hasil studi tersebut seperti diberitakan IFL Science.
"Aroma diciptakan melalui asap dari pembakaran damar wangi, kulit kayu, dan tumbuhan ("parfum" berasal dari per fumum "melalui asap"), atau melalui maserasi dengan seduhan resin, bunga, herba, rempah-rempah, dan kayu."
Namun, arti sebenarnya dari hieroglif yang digunakan untuk mencatat resep-resep ini telah hilang seiring waktu. Kita tahu nama-nama minyak yang digunakan dalam upacara pemakaman dan ritual kuil pada hari Cleopatra, tetapi komposisinya tidak pasti.
Catatan-catatan Yunani dan Romawi lebih mudah untuk diterjemahkan, tetapi dianggap kurang dapat diandalkan. Sebab, para penulisnya biasanya adalah orang-orang luar, bukan para pembuat parfum.
Ada sebuah kontroversi tertentu terkait resep ini yang mengacu pada bahan yang dikenal sebagai "minyak kacang parfum". Namun kacang tersebut tidak diketahui.
Namun, penemuan arkeologi berupa pabrik parfum di Thmouis telah membawa peluang baru. Thmouis adalah perpanjangan dari Mendes, yang parfumnya terkenal di seluruh Mediterania.
Wadah-wadah keramik untuk parfum begitu melimpah di situs tersebut. Para arkeolog berpikir wadah-wadah pasti untuk penggunaan komersial, bukan domestik.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR