Nationalgeographic.co.id—Selama delapan bulan pada akhir tahun 1942 dan awal tahun 1943, nasib sekelompok pulau dengan sedikit penghuni di Pasifik Barat Daya menarik perhatian Amerika Serikat dan Jepang.
"Kemenangan spektakuler Amerika di Midway telah menghancurkan empat kapal induk Jepang dan secara efektif mengakhiri kemajuan Jepang pada musim semi 1942," tulis Robert Farley kepada The Diplomat.
Ia menulis dalam sebuah artikel berjudul "The Guadalcanal Campaign: Then and Now" yang terbit pada 1 Agustus 2022. Setelah banyak perdebatan, komandan senior AS memutuskan Kepulauan Solomon sebagai target serangan Sekutu pertama di Pasifik.
Dari Agustus 1942 sampai Februari 1943 Amerika kehilangan dua kapal induk dan banyak kapal penjelajah, sementara Jepang kehilangan dua kapal perang, satu kapal induk, banyak kapal kecil. Kampanye Guadalcanal, bahkan lebih hebat dari Pertempuran Midway, merobek jantung kekuatan udara angkatan laut Jepang.
Pasukan Jepang mendarat tanpa perlawanan di beberapa titik di Kepulauan Solomon pada April 1942. Pada saat itu, pulau-pulau tersebut diduduki oleh penduduk asli (kebanyakan bekerja di bidang perikanan dan pertanian subsisten, atau di beberapa perkebunan besar yang dimiliki dan dioperasikan oleh otoritas kolonial), serta beberapa pengawas Eropa.
"Tidak seperti Hindia Belanda dan koloni Inggris di Asia Tenggara, Kepulauan Solomon memberikan nilai ekonomi yang kecil bagi Jepang," imbuh Farley. Benteng-benteng penting Jepang di Solomon timur adalah Tulagi, yang memiliki pelabuhan alami, dan Guadalcanal untuk membangun lapangan terbang yang cukup besar.
Setelah kemenangan di Pertempuran Laut Karang dan Midway, Sekutu sedang mencari kesempatan untuk menyerang. Mereka menyadari ancaman yang ditimbulkan oleh perambahan lebih lanjut oleh Jepang di Pasifik Selatan terhadap hubungan logistik dengan Australia.
Para komandan Pasifik juga percaya bahwa Guadalcanal sebagai target yang ideal. Setelah beberapa perdebatan dengan Jenderal Douglas MacArthur di Australia dan lobi Europe First di Washington, operasi sebagai bentuk kampanye Guadalcanal itu disetujui.
"Pada 7 Agustus 1942 marinir AS mendarat di empat pantai di rantai Kepulauan Solomon, termasuk Tulagi, dua pulau kecil, dan Guadalcanal," terusnya. Pada bulan Agustus 1942, Sekutu dan Jepang akan bertemu dalam pertempuran penting untuk Guadalcanal.
Dengan Amerika yang secara genting menguasai Henderson Field, Jepang mati-matian berusaha untuk memperkuat pulau itu dan mendorong Amerika kembali ke laut.
Untuk mencapai hal ini, Jepang akan menjalankan kapal perang dengan pasukan dan persediaan di "The Slot" (Selat New Georgia) pada malam hari untuk menghindari Angkatan Udara Amerika yang beroperasi di Henderson Field.