Ketika Invasi Romawi ke Jazirah Arab Berakhir dengan Bencana Kolosal

By Sysilia Tanhati, Senin, 8 Agustus 2022 | 15:00 WIB
Invasi Romawi ke Jazirah Arab berakhir dengan bencana kolosal. Perbekalan yang buruk, kurangnya perencanaan serta cuaca jadi sebabnya. (Piero della Francesca)

Pembagian wilayah Arab (Christoph Cellarius)

Wilayah terakhir adalah Arabia Deserta, juga dikenal sebagai Arabia Magna, di Arab Saudi modern. Provinsi ini adalah yang terbesar dari ketiganya. Namun orang Romawi mengira itu adalah gurun yang tidak dapat dihuni.

Suku Badawi (Bedouin) menempati Arabia Deserta dan mereka sering menginvasi bagian kaya Arabia Felix dan Arabia Petraea. Suku Badawi juga bekerja sebagai tentara bayaran bayaran untuk orang-orang berkuasa.

Dalam bukunya, Natural History, sarjana Romawi Plinius yang Tua menggambarkan kehidupan nomaden di semenanjung Arab.

“Nomaden hidup dari susu dan daging binatang buas. Seperti orang India, mereka mengekstrak semacam anggur dari pohon palem, dan minyak dari wijen.”

Menyerang Arab adalah cara bagi Romawi untuk melindungi kepentingan komersial mereka di Arabia Felix. Selain itu, Romawi juga bisa mendirikan pusat perdagangan di Arabia Petraea.

Kerajaan Saba memerintah Arabia Felix dan orang Sabean menjadi kaya dengan menanam kemenyan, mur, dan aromatik lainnya.

Selain itu, lokasi Arabia Petraea strategis bagi Romawi dalam memperkuat pertahanan kekaisaran melawan Parthia.

Bangsa Romawi juga khawatir tentang serangan bajak laut di kapal mereka yang berlayar ke India. Mengamankan semenanjung Arab berarti bahwa tidak akan ada sumber daya selama perjalanan panjang ke India. Ini memungkinkan mereka menciptakan pelayaran yang aman dan damai.

Plinius juga mengatakan bahwa Arabia adalah tempat terkaya di Bumi. Semua alasan tersebut membuat invasi ke Arab merupakan ide cemerlang bagi para pemimpin Romawi.

Plinius juga menuliskan,

“Arab adalah negara-negara terkaya di dunia. Kekayaan yang begitu besar mengalir baik dari Kekaisaran Romawi maupun Parthia. Karena mereka menjual hasil laut atau hasil hutan, sedangkan mereka tidak membeli apa pun sebagai gantinya.”