Apakah sejak Dulu hingga Sekarang Wilayah Mesir adalah Gurun?

By Utomo Priyambodo, Kamis, 6 Oktober 2022 | 13:00 WIB
Piramida-piramida di Mesir. (Jimpix/Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Foto modern piramida ikonik Mesir yang menjulang di atas bentangan pasir telah membentuk asumsi di kepala banyak orang bahwa daerah ini sejak dulu dan kini adalah wilayah gurun. Tetapi mengingat bahwa iklim dan lanskap dapat berubah seiring waktu dan bahwa manusia telah diketahui juga bisa mengubah lingkungan alam, apakah Mesir kuno adalah gurun? Dan apakah Mesir saat ini masih bisa dianggap sebagai gurun juga?

Jawaban sederhananya adalah tidak. Tidak semua wilayah Mesir, kuno atau modern, memenuhi syarat sebagai gurun.

Sebagai contoh, daerah di dekat Sungai Nil cenderung lebih subur. Orang-orang Mesir —baik di zaman kuno maupun modern —telah memiliki sistem pertanian yang berkembang pesat.

Selai itu, sebagaimana ditulis Owen Jarus di Live Science, lingkungan di Mesir telah berubah di sepanjang sejarahnya. Pembangunan Bendungan Tinggi Aswan di seberang Sungai Nil antara tahun 1960 dan 1970, misalnya, telah mengubah lanskap secara substansial.

Beberapa daerah di Mesir yang sekarang menjadi gurun, ternyata lebih basah di masa lalu. Salah satu contoh terkenal adalah "Gua Perenang" di dataran tinggi Gilf Kebir di barat daya Mesir.

Saat ini, daerah itu sangat gersag. Namun, ribuan tahun yang lalu, daerah itu lebih lembap dan beberapa seni cadas yang ditemukan di gua-gua di daerah itu tampaknya menunjukkan orang-orang yang sedang berenang, menurut British Museum.

Seni cadas ini berasal antara 6.000 dan 9.000 tahun yang lalu, menurut catatan British Museum. Tetapi periode yang lebih basah ini berakhir sekitar 5.000 tahun yang lalu, dan sejak itu, gurun Mesir tetap sangat mirip dengan keadaan mereka sekarang, kata Joseph Manning, profesor klasik di Yale University.

  

Baca Juga: Bangunan Berusia 7.000 Tahun di Ceko Lebih Tua dari Piramida Mesir

Baca Juga: Mengungkap Identitas Orang-Orang yang Membangun Piramida Mesir Kuno

Baca Juga: Ajaib! Bagaimana Piramida-piramida Mesir Bisa Dibangun Saling Sejajar?

  

Bendungan Tinggi Aswan menyebabkan beberapa daerah di Mesir selatan banjir. Hal ini menyebabkan terciptanya waduk yang cukup besar yang disebut Danau Nasser. Banyak orang, terutama Nubia modern, harus pindah, dan beberapa situs arkeologi berakhir di bawah air.

Pembangunan bendungan juga mengakhiri banjir alami Sungai Nil. Tidak ada lagi banjir alami, itu pasti, kata Manning. Pembentukan Danau Nasser juga menyebabkan lebih banyak uap air di udara di beberapa daerah di Mesir selatan, papar Manning.

Sebelum pembangunan bendungan, banjir Sungai Nil umumnya tidak terlalu deras. Penelitian menunjukkan bahwa selama Zaman Perunggu (sekitar 3300 Sebelum Masehi hingga 1200 Sebelum Masehi), banjir Sungai Nil cenderung lebih besar daripada selama Zaman Besi (sekitar 1200 Sebelum Masehi hingga 400 Sebelum masehi). Tingkat banjir yang lebih rendah sebelum pembangunan bendungan ini terus berlanjut hingga sekitar waktu bendungan itu dibangun, kata Manning.

Salah satu efek dari tingkat air Sungai Nil yang umumnya lebih tinggi selama Zaman Perunggu adalah pengaruhnya pada masa sekitar tahun 2500 Sebelum Masehi, ketika piramida di Giza dibangun. Saat itu, "cabang Khufu," lengan Sungai Nil yang lenyap, muncul tepat di sebelah piramida. Cabang sungai ini memungkinkan material untuk diangkut ke lokasi pembangunan piramida dengan perahu sehingga sangat membantu dalam konstruksi piramida.

Orang-orang Mesir kuno yang hidup di tepi Sungai Nil dalam beberapa hal memandang diri mereka sebagai penghuni sebuah pulau di Lembah Nil, dengan gurun pasir sebagai semacam laut besar, kata Pearce Paul Creasman, direktur American Center of Oriental Research.

"Banyak mitos penciptaan mereka membicarakan hal ini, dewa-dewa dan tanah dan orang-orang mereka yang muncul dari sesuatu yang dulunya perairan, muncul sebagai sebuah pulau untuk berkembang," pungkas Creasman.