Selamatkan Antarktika Timur dari Skenario Terburuk Pemanasan Global!

By Wawan Setiawan, Minggu, 14 Agustus 2022 | 14:00 WIB
Sebuah kamp peneliti lapangan di permukaan Lapisan Es Antartika Timur, Princess Elizabeth Land. (Nerilie Abram/ANU)

Nationalgeographic.co.id - Efek terburuk dari pemanasan global pada lapisan es terbesar di dunia dapat dihindari jika negara-negara di seluruh dunia berhasil memenuhi target iklim yang digariskan dalam Perjanjian Paris.

Itulah seruan dari tim ilmuwan iklim internasional, termasuk para ahli dari The Australian National University (ANU) dan Australian Centre for Excellence in Antarctic Science (ACEAS). Mereka telah meneliti seberapa besar permukaan air laut bisa naik jika perubahan iklim mencairkan lapisan es Antarktika Timur (EAIS / East Antarctic Ice Sheet)

Hasil penelitian baru sebuah tim telah diterbitkan di jurnal Nature pada 10 Agustus 2022. Makalah tersebut diberi judul "Response of the East Antarctic Ice Sheet to past and future climate change."

Studi menunjukkan bahwa dengan membatasi suhu global hingga jauh di bawah dua derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, EAIS diperkirakan akan menambah kurang dari setengah meter kenaikan permukaan laut pada tahun 2500. Jika targetnya tidak tercapai. Belum terpenuhi, kenaikan permukaan laut dari EAIS saja bisa naik hingga lima meter dalam periode waktu yang sama.

Jika emisi gas rumah kaca dikurangi secara drastis dan hanya sedikit peningkatan pemanasan global yang tercatat. Maka tim peneliti memperkirakan EAIS yang menampung sebagian besar es gletser Bumi, kemungkinan tidak akan menambah kenaikan permukaan laut abad ini. Akan tetapi para peneliti mengatakan permukaan laut masih akan naik karena hilangnya es yang tak terbendung dari Greenland atau Antarktika Barat.

Para peneliti memperingatkan jika negara-negara gagal memenuhi target Perjanjian Iklim Paris, kita berisiko membangunkan "raksasa tidur."

"EAIS 10 kali lebih besar dari Antarktika Barat dan memiliki permukaan laut setara dengan 52 meter," kata rekan penulis Profesor Nerilie Abram, dari ANU Research School of Earth Sciences. "Jika suhu naik di atas dua derajat Celcius di atas tahun 2100. Ditopang oleh emisi gas rumah kaca yang tinggi. Maka Antarktika Timur saja dapat berkontribusi sekitar satu hingga tiga meter untuk kenaikan permukaan laut pada tahun 2300 dan sekitar dua hingga lima meter pada tahun 2500," tegasnya.

Tepi terdepan lidah es mengambang di Gletser Pulau Pinus, Antarktika. (M. Wolovick)

Profesor Abram mengatakan jendela peluang kita untuk melindungi lapisan es terbesar di dunia dari dampak perubahan iklim akan segera ditutup.

"Pelajaran utama dari masa lalu adalah bahwa EAIS sangat sensitif terhadap skenario pemanasan yang relatif sederhana sekalipun. Ini tidak stabil dan terlindungi seperti yang pernah kita pikirkan," katanya.

"Mencapai dan memperkuat komitmen kita terhadap Perjanjian Paris tidak hanya akan melindungi lapisan es terbesar di dunia. Namun juga memperlambat pencairan lapisan es utama lainnya seperti Greenland dan Antarktika Barat, yang lebih rentan terhadap pemanasan global."

 Baca Juga: Gletser Thwaites yang Seukuran Britania Raya Terancam Mencair