Dunia Hewan: Katak Panah Beracun, Cantik Tetapi Mematikan Bagi Manusia

By Ricky Jenihansen, Senin, 15 Agustus 2022 | 09:00 WIB
Katak panah beracun, berukuran kecil dengan warna yang cerah dan berwarna-warni. (George Grall/National Geographic)

Nationalgeographic.co.id—Katak panah beracun mungkin terlihat menarik dan lucu di dunia hewan. Berukuran kecil dengan warna yang cerah dan berwarna-warni. Tapi jangan tertipu dengan ukuran dan warna menariknya, katak panah beracun sangat mematikan dan bahkan bisa membunuh manusia.

Katak panah beracun adalah anggota dari keluarga dunia hewan Dendrobatidae, dan ada lebih dari 175 spesies yang diketahui. Mereka hidup di lantai hutan hujan tropis di Amerika Tengah dan Selatan, Live Science melaporkan.

Katak panah beracun berukuran kecil, berukuran hanya 1 hingga 2 inci (2,5 hingga 5 sentimeter). Dan tidak seperti banyak amfibi lainnya, mereka diurnal, artinya mereka aktif di siang hari, menurut Rainforest Alliance.

Katak panah beracun dinamai berdasarkan racun yang mereka keluarkan dari kulitnya, yang secara tradisional digunakan sebagai ujung senjata pemburu. Misalnya, masyarakat adat Emberá dan Noanamá di Kolombia barat telah menggunakan kulit katak racun emas (Phyllobates terribilis) untuk menembakkan panah sumpit selama ratusan tahun.

Katak panah beracun memiliki berbagai warna cerah, dan karena itu mereka kadang-kadang dikenal sebagai "permata hutan hujan". Warnanya yang cerah memperingatkan pemangsa bahwa katak itu beracun dan harus dihindari.

Mekanisme bertahan hidup ini disebut aposematisme. Beberapa spesies katak panah beracun juga menggunakan warna dan polanya sebagai kamuflase.

Misalnya, katak panah beracun (Dendrobates tinctorius) yang memiliki pola kuning cerah dan hitam, mereka bisa berbaur dengan habitat alami mereka jika dilihat dari kejauhan, menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2018 jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Katak panah beracun biru (Dendrobates azureus). (Getty Images)

Variasi warna yang sangat besar di antara spesies katak panah beracun mungkin merupakan hasil dari pemisahan nenek moyang katak sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Ketika apa yang sekarang disebut Panama, mengisolasi katak di lokasi yang berbeda. Berbagai populasi katak kemudian mengembangkan pewarnaan mereka sendiri.

Toksisitas katak panah beracun berbeda antar spesies. Spesies katak panah beracun yang paling beracun termasuk dalam genus Phyllobates.

Katak ini mengeluarkan racun kuat yang disebut batrachotoxin. Katak panah emas dianggap sebagai salah satu hewan paling beracun di Bumi, menurut National Geographic.

Batrachotoxin adalah alkaloid steroid kuat yang mengganggu sistem saraf tubuh. Otak mengirimkan pesan listrik instruktif ke berbagai bagian tubuh yang melewati saluran natrium.

Batrachotoxins membuat saluran ini tetap terbuka dan mengganggu sistem pesan otak, menyebabkan beberapa kondisi yang melemahkan dan berpotensi fatal. Seperti kelumpuhan, rasa sakit yang luar biasa, dan bahkan gagal jantung.

Namun, ada satu hewan yang dapat menahan kekuatan beracun katak panah emas, yaitu ular perut api (Liophis epinephelus). Ular ini adalah satu-satunya pemangsa alami katak panah beracun karena mereka kebal terhadap racun katak.

Katak racun emas (Phyllobates terribilis). (Getty Images)

Katak panah beracun juga telah mengembangkan teknik untuk menghindari keracunan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of General Physiology mengungkap bahwa katak panah beracun memiliki molekul "spon toksin". Molekul itu mencegah batrachotoxin mengikat sel katak sendiri, memberi mereka kekebalan terhadap racun mereka sendiri.

Katak panah beracun mendapatkan toksisitas mereka melalui makanan mereka. Meskipun sebagian besar masih belum diketahui serangga mana yang bertanggung jawab untuk memberi katak ini kekuatan beracun mereka.

   

Baca Juga: Menyelisik Mitologi Katak dalam Kronik Yunani dan Romawi Kuno

Baca Juga: Selidik Ratusan Fosil Katak Purba Berusia 45 Juta Tahun di Jerman

Baca Juga: Alih-Alih Menjadi Cebong, 6 Spesies Baru Ini Langsung Menjadi Katak

    

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PNAS mengusulkan bahwa kumbang melyrid (genus Choresine) mungkin menjadi penyebabnya.

Kumbang ini mengandung batrachotoxin tingkat tinggi dan telah ditemukan di perut burung pitohui yang menghasilkan racun yang sama seperti katak panah beracun.

"Keluarga Melyridae adalah kosmopolitan, dan kerabat di hutan hujan Kolombia di Amerika Selatan bisa menjadi sumber batrachotoxins yang ditemukan pada katak Phyllobates yang sangat beracun di wilayah itu," tulis para peneliti studi.

Katak panah beracun liar yang dimasukkan ke penangkaran kehilangan sebagian besar toksisitasnya. Sedangkan katak yang lahir dan dibesarkan di penangkaran tidak mengembangkan racun sama sekali. Ini karena perbedaan antara makanan liar dan makanan penangkaran.