Tidak ada pil yang dapat menyembuhkan tinitus. "Apa yang dilakukan terapi ini pada dasarnya adalah mengatur ulang otak dengan cara menghilangkan penekanan suara tinnitus menjadi suara latar yang tidak memiliki arti atau relevansi bagi pendengar," kata Dr. Searchfield.
Rekan peneliti audiologi Dr. Phil Sanders mengatakan hasilnya menarik dan dia menemukan menjalankan uji coba secara pribadi bermanfaat.
"Enam puluh lima persen peserta melaporkan peningkatan. Bagi sebagian orang, itu mengubah hidup—tinnitus mengambil alih hidup dan perhatian mereka," tutur Sanders. “Beberapa orang tidak melihat peningkatan dan umpan balik mereka akan menginformasikan personalisasi lebih lanjut.”
Tinnitus adalah suara hantu dan penyebabnya kompleks. Sejauh ini telah menentang pengobatan yang berhasil.
Sementara kebanyakan orang bisa mengalami tinnitus atau telinga berdenging, setidaknya pada beberapa kesempatan. Sekitar lima persen mengalaminya hingga tingkat yang menyedihkan. Dampaknya bisa berupa kesulitan tidur, kesulitan melakukan tugas sehari-hari dan depresi.
Dr. Searchfield mengatakan melihat penderitaan pasiennya dan tidak memiliki pengobatan yang efektif untuk ditawarkan menginspirasi penelitiannya. "Saya ingin sekali membuat perbedaan," ujarnya.
Langkah selanjutnya adalah menyempurnakan prototipe dan melanjutkan ke uji coba lokal dan internasional yang lebih besar. Dengan maksud untuk mendapatkan persetujuan dari FDA.
Para peneliti berharap aplikasi tersebut akan tersedia secara klinis dalam waktu sekitar enam bulan.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo