Nationalgeographic.co.id - Setelah 20 tahun mencari obat untuk tinnitus, para peneliti di University of Auckland sangat antusias dengan 'hasil yang menggembirakan' dari uji klinis terapi berbasis ponsel. Studi ini mengacak 61 pasien ke salah satu dari dua perawatan. Prototipe 'politerapi digital' baru atau aplikasi swadaya populer yang menghasilkan white noise.
White noise mengacu pada kebisingan yang berisi semua frekuensi di seluruh spektrum suara yang dapat didengar dalam ukuran yang sama. Karena white noise mencakup beberapa pita suara, kadang-kadang disebut sebagai noise broadband. Secara anekdot, orang sering menyamakan white noise dengan statis yang berasal dari radio atau televisi yang tidak disetel.
Tinnitus adalah ketika Anda mengalami dering atau suara lain di salah satu atau kedua telinga Anda. Kebisingan yang Anda dengar saat Anda menderita tinitus tidak disebabkan oleh suara eksternal, dan orang lain biasanya tidak dapat mendengarnya. Tinnitus adalah masalah umum. Ini memengaruhi sekitar 15% sampai 20% orang, dan sangat umum pada orang dewasa yang lebih tua.
Tinnitus biasanya disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya. Seperti gangguan pendengaran terkait usia, cedera telinga, atau masalah dengan sistem peredaran darah. Bagi banyak orang, tinnitus membaik dengan pengobatan penyebab yang mendasari atau dengan perawatan lain yang mengurangi. Atau bahkan dengan cara menutupi kebisingan, membuat tinnitus kurang terlihat.
Dalam studi tersebut, rata-rata kelompok uji coba dengan politerapi sebanyak 31 orang menunjukkan perbaikan yang signifikan secara klinis pada 12 minggu. Sedangkan kelompok lainnya sejumlah 30 orang, tidak sama sekali. Hasil temuan ini telah diterbitkan di jurnal Frontiers in Neurology pada 5 Agustus 2022 dengan judul "A randomized single-blind controlled trial of a prototype digital polytherapeutic for tinnitus."
"Ini lebih signifikan daripada beberapa pekerjaan kami sebelumnya dan kemungkinan akan berdampak langsung pada pengobatan tinnitus di masa depan," kata Lektor Kepala di Audiology, Grant Searchfield.
Kunci dari perawatan baru ini adalah penilaian awal oleh seorang audiolog yang mengembangkan rencana perawatan yang dipersonalisasi. Dengan menggabungkan berbagai alat digital, berdasarkan pengalaman tinnitus individu.
"Uji coba sebelumnya telah menemukan white noise, konseling berbasis tujuan, permainan berorientasi pada tujuan dan terapi berbasis teknologi lainnya efektif untuk beberapa orang pada beberapa waktu," kata Dr. Searchfield. "Ini lebih cepat dan lebih efektif, membutuhkan waktu 12 minggu daripada 12 bulan bagi lebih banyak individu untuk mendapatkan kendali."
Baca Juga: Merasa Benci dengan Suara Tertentu? Ini Penjelasan Di Baliknya
Baca Juga: Sulit Mengenali Orang Terdekat dari Suara Mereka? Mungkin Anda Mengidap Ini
Baca Juga: Tak Bisa Dengar Pembicaraan Saat Bising Bisa Jadi Tanda Demensia
Tidak ada pil yang dapat menyembuhkan tinitus. "Apa yang dilakukan terapi ini pada dasarnya adalah mengatur ulang otak dengan cara menghilangkan penekanan suara tinnitus menjadi suara latar yang tidak memiliki arti atau relevansi bagi pendengar," kata Dr. Searchfield.
Rekan peneliti audiologi Dr. Phil Sanders mengatakan hasilnya menarik dan dia menemukan menjalankan uji coba secara pribadi bermanfaat.
"Enam puluh lima persen peserta melaporkan peningkatan. Bagi sebagian orang, itu mengubah hidup—tinnitus mengambil alih hidup dan perhatian mereka," tutur Sanders. “Beberapa orang tidak melihat peningkatan dan umpan balik mereka akan menginformasikan personalisasi lebih lanjut.”
Tinnitus adalah suara hantu dan penyebabnya kompleks. Sejauh ini telah menentang pengobatan yang berhasil.
Sementara kebanyakan orang bisa mengalami tinnitus atau telinga berdenging, setidaknya pada beberapa kesempatan. Sekitar lima persen mengalaminya hingga tingkat yang menyedihkan. Dampaknya bisa berupa kesulitan tidur, kesulitan melakukan tugas sehari-hari dan depresi.
Dr. Searchfield mengatakan melihat penderitaan pasiennya dan tidak memiliki pengobatan yang efektif untuk ditawarkan menginspirasi penelitiannya. "Saya ingin sekali membuat perbedaan," ujarnya.
Langkah selanjutnya adalah menyempurnakan prototipe dan melanjutkan ke uji coba lokal dan internasional yang lebih besar. Dengan maksud untuk mendapatkan persetujuan dari FDA.
Para peneliti berharap aplikasi tersebut akan tersedia secara klinis dalam waktu sekitar enam bulan.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo