Nationalgeographic.co.id—Sekelompok pemuda misterius meracau ruang publik di Kota Surakarta pada tahun 1923. Sebuah laporan singkat dirangkum oleh pewartaan Belanda di tahun tersebut.
Sebagaimana berita-berita Belanda yang terbit di tahun itu, memberitakan tentang sejumlah kekacauan yang ditimbulkan. Mulai dari serangan yang ditujukan kepada aristokrasi Surakarta hingga ruang-ruang publik masyarakat.
Koresponden dari Het volk: dagblad voor de arbeiderspartij merangkum sejumlah laporan dalam berita berjudul Branden en Bommen in Indië: Kommunistische aktie yang terbit 31 Desember 1923.
Ia menyebut sejumlah kekacauan di Surakarta sepanjang bulan September hingga November 1923 telah diketahhui pihak kepolisian Hindia Belanda. "Sekelompok 'geng' telah membuat keonaran," tulisnya.
'Geng' yang disinyalir membuat keonaran itu disebut oleh koresponden berkebangsaan Belanda dari De Semarangsche Locomotief adalah "sekelompok komunis."
Oknum itu diketahui melancarkan aksinya pada 17-18 September 1923 setelah ditemukan kebakaran oleh petugas patroli di gudang komedie-loodsen. Kemudian, kekacauan berlanjut pada sore hari tanggal 21 September 1923.
Kebakaran terjadi di gudang-gudang pameran di Aloon-aloon (alun-alun di depan Keraton Surakarta) terbakar. "Kerusakan yang ditimbulkan akibat kebakaran diperkirakan f.8 hingga f.9000," imbuh koresponden Het volk: dagblad voor de arbeiderspartij.
Tak puas membakar gudang pameran di alun-alun utara keraton, pembakaran juga terjadi di tempat peribadatan, sebuah masjid!
Tercatat pada 30 September 1923, "para penjaga masjid tua M.N. (Masjid Wustho praja Mangkunegaran) menemukan api di tempat ibadah ini." Beruntung pengurus masjid berhasil memadamkan si jago merah tepat waktu sebelum melahap habis objek di dalamnya.
Penjagaan ketat dilakukan sepanjang Mangkunegaran dan keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Hal ini berhasil tatkala para penjaga mengetahui dan menggagalkan aksi pemuda yang hendak membakar warung makan di sekitar alun-alun utara.
Baca Juga: Serangan Komunis Meresahkan Pakubuwana X dan Aristokrasi Surakarta